Mohon tunggu...
Aat Atoillah
Aat Atoillah Mohon Tunggu... Guru - Tetaplah bersyukur

Orang Bojonegara-Puloampel yang semangat untuk menjadi penulis agar bisa berkarya dan bisa mengharumkan daerah kelahiran tercinta.

Selanjutnya

Tutup

Edukasi

Hari Ibu, Ku tuliskan Ia Bukan.... Tetapi Ia....

22 Desember 2011   07:05 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:54 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tanggal 22 Desember adalah hari ibu, sebetulnya saya tidak tau mau menulis apa atau bingung dengan cara apa saya memperingati hari ibu ini. Saya juga tidak tau apakah semua naka-anak merasakan kasih sayang dari sang ibu. Tetapi dihari ibu ini saya ingin menulis sesuatu tentang ibuku.

Umurku kini sudah menginjak 23 thn sepertinya ini sudah terhitung cukup dewasa dan tentunya bisa menilai hal-hal yang berkaitan tentang kehidupan. Berbicara seorang ibu, maka pasti tidak lepas akan membicarakan seorang anak. Dan akulah anak itu yang kini baru menyadari tetang keberartian seorang ibu. Saya masih ingat jelas dulu saya sering mengamuk ketika ibu tak memberiku uang jajan sekolah. Aku tidak ingin tau entah itu ibu sedang punya atau tidak punya uang yang aku inginkan saat itu hanyalah uang jajan. Saat ingin sarapan aku disuguhi telor rebus, lantas aku banting terlur itu karena belum matang, itu pertanda aku marah pada ibu. Saat ibu member nasehat saya sering mengelak dan mengabaikannya. Saat ibu menyuruh atau memerintahkan untuk melakukan sesuatu aku tak mau dan pura-pura capek atau lelah atau alas an lainnya agar saya tidak disuruhnya. Saya juga tidak jarang membohongi ibu malah lebih mengutamakan kepentingan pribadi saya.

Astagfirullah.. betapa banyak dosa dan kesalahanku yang pernah aku perbuat padamu ibu, tapi sampai saat ini ibuku tak pernah berubah, ia tak membalas dendam apa lagi membenciku. Tetapi ia tak pernah berubah, ia senantiasamencurahkan kelembutan kasih sayangnya kepadaku.

Kini usia ibuku sudah tua, aku tak tau entah berapa lama lagi aku bisa bersamanya, menatapnya dan memeluknya. Tetapi selama aku hidup bersamanya banyak pelajaran dari sosok ibu yang pernah aku liat yaitu:

Ia bukanlah akuntan, tetapi ia pandai mengelola keuangan

Ia bukanlah menejer, tetapi ia bisa memenej rumah tangga

Ia bukanlah orang kaya, tetapi ia merasa cukup segalanya

Ia bukanlah orang yang mengecam pendidikan tapi ia bisa mendidik

Ia bukanlah orang yang perkasa, tetapi ia kuat dan sabar dalam menghadapi cobaan

Ia bukan konsultan, tetapi ia bisa menjadi penasehat bijak

Ia bukan psikolog, tetapi ia bisa mebaca kondisi dan bisa memberi solusi

Kini aku sadari keberartian dan kehebatannmu duhai ibu, disamping kedasyatan kasih sayangmu juga terdapat keistimewaan-keistimewaan lainnya yang belum terungkap olehku.

Dihari ibu ini, aku ingin mengucapkan terimakasihku padamu ibu. Dan mungkin inilah yang bisa kutuliskan untukmu duhai ibuku tersayang.

Allahummag firli dzunubi waali waalidaia

Warhamhuma kamaa rabbayani shaghiraa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun