Di antara 20 negara teratas dengan penutupan sekolah penuh terlama selama periode ini, lebih dari setengahnya berada di wilayah Amerika Latin dan Karibia.
Baca juga: Belajar dari Rumah, Kurikulum Darurat dan Anjuran Kak Seto...
Waktu pelajaran yang terlewatkan
Secara global, 214 juta siswa dari pendidikan pra-sekolah dasar hingga menengah atas di 23 negara telah melewatkan setidaknya tiga perempat waktu pelajaran di kelas sejak Maret 2020.
Dari 214 juta siswa ini, 168 juta di 14 negara melewatkan hampir semua waktu pelajaran di kelas karena penutupan sekolah.
UNICEF mencatat, negara dengan durasi penutupan sekolah terlama cenderung memiliki prevalensi anak usia sekolah yang rendah dengan sambungan internet stabil di rumah.
Akan tetapi, ada risiko yang parah bagi siswa yang tertinggal karena tidak dapat mengakses pelajaran.
Meskipun tidak ada teknologi pembelajaran jarak jauh yang dapat sepenuhnya menggantikan pengalaman belajar di kelas, beberapa teknologi memiliki fitur yang memungkinkan mereka meniru pengaturan ruang kelas dengan lebih baik.
Alternatif selain belajar melalui ruang virtual online, adalah melalui televisi dan radio, meski kurang interaktif.
Disrupsi pendidikan
Setelah setahun belajar di rumah, anak-anak yang tidak mendapatkan akses akan semakin tertinggal dan jadi yang paling rentan akan dampaknya.
Bank Dunia memperkirakan, penutupan sekolah secara global dapat mengakibatkan hilangnya setidaknya 10 triliun dollar AS dari pendapatan seumur hidup untuk generasi ini.