KOMPAS.com - China dan Rusia telah mencapai kesepakatan terkait kerja sama pembangunan stasiun luar angkasa di bulan, yang akan terbuka untuk semua negara.
Melansir CNN, Rabu (10/3/2021) pemimpin badan antariksa dari China dan Rusia telah menandatangani kesepakatan kerja sama mewakili kedua negara pada Selasa (9/3/2021).
"China dan Rusia akan mengerahkan segenap pengalaman dalam ilmu, riset, dan pengembangan teknologi antariksa sekaligus peralatan-peralatan yang dimiliki untuk bersama membangun stasiun riset internasional di bulan (ILRS)," kata China National Space Administration (CNSA), dalam pernyataan resmi.
Baca juga: Video Viral Malam Ini Akan Ada Fenomena Bulan Purnama Salju, Apa Itu?
Stasiun riset di Bulan
Sementara itu, pernyataan resmi dari badan antariksa Rusia, Roscosmos, mengatakan, kedua organisasi berkomitmen untuk membangun stasiun riset di bulan yang dapat diakses oleh semua negara di dunia.
Roscosmos mengatakan, stasiun riset di bulan itu akan dibangun dengan tujuan untuk memperkuat kerja sama dan proyek eksplorasi antariksa untuk kemajuan umat manusia.
Setelah kesepakatan antara CNSA dan Rocosmos ditandatangani, kedua organisasi itu kini memulai pengerjaan cetak biru desain, pengembangan, dan rencana operasional stasiun riset di bulan.
Selain itu, kedua organisasi itu juga akan bekerjasama untuk mengirim misi luar angkasa, Chang'e 7 dan Luna 27, yang ditujukan untuk melakukan survei pada permukaan bulan.
Baca juga: NASA Rilis Foto-foto Terbaru Planet Mars Usai Pendaratan Perseverance
Riwayat eksplorasi antariksa Rusia dan China
Rekam jejak Rusia di bidang eksplorasi antariksa dapat ditelusur hingga ke era Uni Soviet, yang pada tahun 1957 menjadi negara pertama yang berhasil meluncurkan satelit ke orbit bumi, Sputnik 1.
Saat era Perang Dingin, Soviet terlibat persaingan sengit dengan Amerika Serikat di bidang eksplorasi luar angkasa.
Pada 1960, Soviet mengirim makhluk hidup pertama ke ruang angkasa, anjing Belka dan Strelka, mengitari orbit dan membawanya kembali ke bumi.
Setahun kemudian, kosmonot Soviet, Yuri Gagarin, menjadi manusia pertama yang berhasil dikirim ke luar angkasa.
Di sisi lain, China tergolong terlambat dalam hal perkembangan teknologi antariksa. Negeri Tirai Bambu baru berhasil mengirim satelit pertamanya ke orbit bumi pada 1970.
Sejak saat itu, pemerintah China telah menggelontorkan miliaran dollar AS untuk berinvestasi di bidang eksplorasi antariksa, termasuk meluncurkan satelit dan laboratorium luar angkasa selama beberapa dekade terakhir.
Baca juga: Misi Pesawat Change 5 Milik China, Luar Angkasa, dan Sampel Batuan Bulan...
Pada 2019, China menjadi negara pertama yang berhasil mengirim perangkat penjelajah nirawak ke sisi terjauh bulan.
Kemudian pada Juli 2020, China mengirim misi nirawak pertamanya ke Mars, Tianwen-1, yang berhasil memasuki orbit planet merah itu pada Februari 2021.
Pada Desember 2020, misi nirawak Chang'e sukses membawa sampel batuan-batuan bulan ke bumi.
Proyek penting bagi China
Melansir The Guardian, Rabu (10/3/2021) analis independen program antariksa China, Chen Lan, mengatakan, proyek kerja sama pembangunan stasiun riset di bulan adalah proyek penting bagi China.
"Ini akan menjadi kerja sama internasional terbesar China dalam hal eksplorasi luar angkasa, sehingga hasil dari proyek ini tentunya akan membawa pengaruh signifikan," kata Lan.
Sementara itu, Kepala Roscosmos, Dmitry Rogozin, mengatakan bahwa dia telah mengundang kepala CNSA, Zhang Kejian, untuk menghadiri peluncuran perangkat penjelajah bulan milik Rusia, Luna 25.
Luna 25 merupakan perangkat penjelajah bulan pertama yang diluncurkan Rusia di era modern, sejak peuncuran terakhir pada 1976.
Luna 25 dijadwalkan akan diluncurkan pada 1 Oktober 2021.Â
Baca juga: Kapsul Antariksa Jepang Mendarat di Australia Membawa Sampel Asteroid
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H