Mohon tunggu...
Kompas.com
Kompas.com Mohon Tunggu... Administrasi - Kompas.com

Kompas.com merupakan situs berita Indonesia terlengkap menyajikan berita politik, ekonomi, tekno, otomotif dan bola secara berimbang, akurat dan terpercaya.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Hari Musik Nasional : Ribuan Kerinduan akan Panggung Gigs

10 Maret 2021   01:00 Diperbarui: 10 Maret 2021   01:06 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

KOMPAS.com - Hari Musik Nasional hari ini diperingati dengan cara yang beda. Beberapa pelaku industri musik menggelar acara Konferensi Musik Blok M. Dimana di dalamnya, mereka mengangkat tema Kebangkitan Musik Nasional Pasca Pandemi.

Sandy Sondoro, Endah n Ressa, juga Mocca, adalah beberapa musisi yang ikut andil hadir dalam acara tersebut.

Selain musisi, ada pula sejumlah perwakilan dari kepolisian, Kemenparekraf dan Satuan Tugas (Satgad) Covid-19. 

Seperti yang diberitakan Kompas.com, Selasa (9/3/2021), perwakilan dari pemerintahan ikut diundang lantaran dalam acara tersebut dibahas pula mengenai protokol kesehatan yang sudah diluncurkan Kemenparekraf, yang berkaitan dengan lajunya agenda musik nasional.

Industri musik memang salah satu lini yang terimbas parah akibat pandemi. Mutlak, dalam setahun ini, tak ada pertunjukan, festival musik, maupun launching album baru yang dilakukan dengan menggelar tur.

Beberapa waktu sebelum Hari Musik Nasional tiba, para promotor dan musisi sepakat mengirimkan surat terbuka kepada Presiden Joko Widodo.

Isinya, mereka berharap presiden membuka ijin untuk industri musik berkreasi kembali demi kelangsungan hidup para pemain di industri musik.

Baca juga: Hari Musik Nasional: Alat Musik Tradisional Indonesia Terancam Punah

Sepi dari gigs

Seluruh lini industri musik terimbas pandemi. Panggung-panggung live music di ranah paling kecil dan sederhana seperti kafe pun, nampak lengang.

Musisi underground, yang mengusung gaharnya death metal, juga jauh dari hingar bingar tur. Padahal jauh sebelum pandemi, band underground ini tak henti-hentinya hilir mudik melakukan tur dari kota ke kota atau menggelar gigs, pertunjukkan musik langsung dalam lingkup kecil.

Siksa Kubur, band death metal yang eksis dari tahun 1996, selama pandemi juga sepi akan pemasukan. 

"Jika pun ada pemasukan, datangnya tidak dari show, namun dari penjualan merchandise dan lain-lain," ujar Andre Tiranda, gitaris Siksa Kubur, kepada Kompas.com, Selasa (9/3/2021).

Hanya saja, untuk mengobati kerinduan menggebuk drum, mereka melakukan non profit show di kafe-kafe kecil seputaran Pulau Dewata.

Berupa pertunjukan live kecil saja, dengan tempat dan pengunjung terbatas, tanpa kerumunan, dan tentu saja menggunakan protokol kesehatan ketat.

Album baru di tengah pandemi

Meski pandemi menghimpit, namun pemain industri musik underground tak mengalah kalah begitu saja. 

Beberapa band, justru aktif memproduksi maupun merilis album baru. Seperti Carnivored, yang baru merilis album ketiganya, Labirin, pada 28 Januari 2021. 

Band underground CarnivoredMeski tak bisa merayakan album baru dengan festival musik atau keriuhan gigs, namun semangat dari empat personil Carnivored tak surut.

Oces Rahmat, sang drummer, mengaku kepada Kompas.com, Selasa (9/3/2021) malam, bahwa proses pembuatan Labirin sudah dimulai sejak 2015 lalu. Kemudian melalui proses rekaman di akhir 2019 dan proses mixing mastering di tahun 2020.

"Kini kami tengah menyiapkan launching virtual. Untuk waktunya belum bisa kami pastikan," paparnya.  

Para musisi underground bertahan hidup dengan mengandalkan penjualan album dan juga merchandise berupa kaus, jaket, atau hoodie.

Beberapa di antaranya, juga menggelar kelas musik online seperti yang dilakukan drummer Siksa Kubur, Adhytia Perkasa. 

Selain dijual lewat akun resmi dan pihak label mereka, merchandise ini juga terkadang ditawarkan di sela-sela pertunjukkan musik daring yang disiarkan live di Youtube.

Seperti yang dilakukan Turtles Jr, band punk hardcore yang melelang merchandise di konser daringnya berjudul Ripple The Show, Tribute to Crew, Juli tahun lalu. 

Meski para musisi masih bisa berkarya lewat ranah daring, mempromosikan album baru dan juga berinteraksi dengan para penggemarnya, namun kerinduan untuk berkeringat di panggung gigs tetap mengalir deras. 

Baca juga: Hari Musik Nasional, Iwan Fals Rilis Ulang Mata Dewa dalam Format Piringan Hitam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun