Mohon tunggu...
Kompas.com
Kompas.com Mohon Tunggu... Administrasi - Kompas.com

Kompas.com merupakan situs berita Indonesia terlengkap menyajikan berita politik, ekonomi, tekno, otomotif dan bola secara berimbang, akurat dan terpercaya.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Ramalan Megawati: Indonesia Terancam Kelaparan

3 Maret 2021   16:00 Diperbarui: 3 Maret 2021   16:06 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika menggantikan Soeharto, Bacharuddin Jusuf (BJ) Habibie (Presiden RI ke-3, 1998 - 1999), juga memprioritaskan masalah pangan. Tentu ini berkaitan erat dengan beras dan impor.

“Pemerintah memperhatikan dengan sungguh-sungguh penderitaan seluruh lapisan masyarakat. Hal yang sangat ingin kita tangani adalah menyediakan bahan makanan dan kebutuhan pokok masyarakat lainnya. Kebutuhan itu terasa jauh lebih mendesak dari agenda-agenda reformasi lainnya.” Demikian kata Habibie dalam pidatokenegaraan di depan sidang DPR 15 Agustus 1998.

Negara-negara kerajaan besar di Nusantara dalam sejarah selalu berdiri di kawasan yang subur untuk sawah dan padi. Di Jawa, bisa dilihat kerajaan-kerajaan besar antara lain ada di lembah-lembah antara Sungai Berantas (jawa Timur) dan Bengawan Solo (Jawa Tengah).

VOC jago politik beras

Keajaiban beras dan padi ini sangat dimaklumi dan dipelajari oleh orang-orang Eropa yang hendak menjajah Nusantara sejak awal abad ke-16.

Perusahaan multinasional pertama dalam sejarah bumi ini, VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie atau Perserikatan Maskapai Hindia Belanda) yang menjajah Nusantara selama 197 tahun (1602 - 1799) sangat jago dalam mempermainkan politik dan ekonomi beras.

Coba kita lihat buku sejarah Indonesia tulisan MC Riklefs (Australia), Bernard HM Vlekke (Belanda) serta penulis tentang Indonesia lainnya seperti Anne Booth (Inggris) sangat banyak mengetengahkan soal beras ini.

Para sejarahwan itu, seperti Riklef dan Vlekke, menuliskan peran penting beras dalam pertempuran antara VOC di bawah Gubernur Jenderal Jan Pieterzoon Coen (1619-1623 dan 1627-1629), melawan tentara Sultan Agung (1593-1645) dari Mataram.

Sebelum memindah markas besarnya (VOC) dari Ambon ke Batavia (Jakarta) awal 1919, JP Coen mendekati Sultan Agung yang baru satu tahun menjadi Sultan Mataram (jadi sultan pada 1613).

Pada 1614, JP Coen mengutus dutanya ke Kraton Mataram. “VOC sangat memerlukan beras Jawa dan mengharapkan diadakan perdagangan dengan daerah pantai pengekspor beras,’ demikian tulis MC Riklefs dalam buku Sejarah Modern Indonesia 1200-2008 halaman 88 cetakan 2008.

Tapi Sultan Agung mencurigai, lewat politik dagang beras ini, VOC mau menguasai Jawa. Pada 1618, Sultan Agung menghancurkan sawah-sawah di pantai utara Jawa dan melarang perdagangan beras dengan VOC.

Ketika JP Coen sudah beberapa tahun bermarkas di Batavia, Jakarta, tahun 1628 Sultan Agung menyerang Batavia, antara lain membendung Ciliwung. Serangan Sultan Agung gagal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun