KOMPAS.com - Media sosial diramaikan dengan penggunaan dan penjualan tali masker atau dikenal sebagai strap masker.
Adapun keberadaan strap masker ini menjadi barang yang dicari dan menjadi tren di kalangan anak muda.
Kendati demikian, Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 tidak menyarankan penggunaan dan pemakaian strap masker tersebut.
Baca juga: Waspada, Gejala Kehilangan Bau dan Rasa pada Pasien Covid-19 Disebutkan Bisa Bertahan hingga 5 Bulan
Lantas, apa penyebab pemakaian strap masker tidak disarankan oleh tim Satgas Penanganan Covid-19, dan apa solusinya?
Ketua Bidang Penanganan Kesehatan Satgas Covid-19 Nasional, Brigjen TNI (Purn) Alexander Kaliaga Ginting menyampaikan, dengan penggunaan strap masker, dinilai membuat masker menjadi sering dinaik-turunkan.
Menurutnya, tindakan ini dapat meningkatkan risiko terpaparnya virus corona melalui benda yang terkena bagian virus tersebut.
"Dengan adanya strap atau tali masker yang panjang, membuat masker bisa naik-turun, buka pakai, tutup lepas di mana tindakan ini rawan terkontaminasi dari jar jemari, atau dari kontak dengan leher, baju, jilbab, dan lainnya," ujar Alexander saat dihubungi Kompas.com, Rabu (24/2/2021).
Baca juga: Pemerintah Gratiskan Vaksin Covid-19, Mengapa Diberikan Lewat Suntikan?
Tidak pakai strap masker di area publik
Ia menambahkan, potensi lain dari penularan virus corona akibat pemakaian strap masker yakni, ketika tangan menyentuh sisi luar masker (atau bagian berwarna biru atau hijau) di mana tempat virus menempel.
"Setiap buka lepas masker, pemakai masker seharusnya mencuci tangan dengan disinfektan dan air sabun," lanjut dia.
Sebab, mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun wajib dilakukan ketika hendak memakai atau melepas masker.
Baca juga: 4 Merek Masker Organik Disebut Tidak Berizin BPOM, Ini Tanggapan Perusahaan...
Adapun ketika seseorang merasa memakai strap masker, maka ia cenderung berpikir tidak masalah jika maskernya sering dinaik-turunkan.
Padahal tindakan itu justru menjadi celah virus untuk masuk ke tubuh kita.
Oleh karena itu, pihaknya tidak menyarankan penggunaan strap masker di area publik atau tempat umum, terutama di tempat fasilitas kesehatan atau rumah sakit.
Terkait penggunaan strap masker, Alexander menyampaikan bahwa aksesoris tersebut lebih banyak di sisi fashion saja, daripada manfaatnya di segi perlindungan pemakainya dari virus corona.
Baca juga: Varian Baru Virus Corona B1525 Ditemukan di Inggris, Berpotensi Mengkhawatirkan
Solusi ketika ingin makan
Dilansir dari Kompas.com (12/2/2021), dokter umum yang juga kandidat PhD bidang Medical Science di Kobe University, Adam Prabata mengatakan bahwa pemakaian strap masker dapat meningkatkan angka penggunaan masker.
Namun, memakai strap masker juga dinilai berisiko menempelnya droplet di area dalam masker saat masker digantung dan ada risiko masker menempel ke pakaian dan terjadi kontaminasi silang.
Kendati demikian, salah satu solusinya untuk mencegah penyebaran droplet menempel di mana-mana yakni dengan memperhatikan penyimpanan masker dengan aman dan tepat.
Baca juga: Simak 3 Gejala Baru Covid-19, dari Anosmia hingga Parosmia
Untuk menyimpan masker yang masih bersih, bisa menggunakan kantung kertas (paper bag) atau kantung berbahan kain jala (mesh fabric bag).
Dua bahan ini disarankan karena kering dan breathable.
Tetapi, jika tidak memiliki dua bahan tersebut, masker bersih dapat disimpan sementara di kantung baju/celana atau dompet.
Baca juga: Berikut Cara Membuat Hand Sanitizer Sendiri dengan Lima Bahan Sederhana
Kemudian, saat makan dan minum, sebaiknya hindari:
- Menggantung masker di leher
- Menaikkan masker di dahi
- Menggnantung masker di telinga
- Memasang masker di lengan
Baca juga: Ramai Tutorial Masker Bedah Dibuat Jadi Masker Bertali dengan Keluarkan Kawat, Ini Tanggapan Dokter
Adab membuka masker
Adam menjelaskan, ketika membuka masker perhatikan tata cara yang tepat agar tangan kita tidak menyentuh daerah yang menjadi tempat berkumpulnya virus.
Berikut rinciannya:
1. Pegang tali masker, regangkan, dan lepas masker yang digunakan.
2. pastikan hanya memegang tali masker dan hindari menyentuh area masker lainnya.
3. Hindari menyentuh mata, hidung, dan mulut saat sedang membuka masker.
Baca juga: Viral Twit Kristen Gray, Daya Tarik Bali, dan Perbedaan Kurs Mata Uang...
Di sisi lain, saat masker sudah dalam kondisi basah atau kotor, masyarakat wajib untuk membuang atau mengganti masker tersebut.
Sebab, masker yang basah dan kotor dapat menyebabkan kesulitan bernapas dan penurunan efektivitas masker.
"Simpan masker yang sudah basah atau kotor di kantong plastik tertutup. Kemudian, segera cuci masker dengan air dan detergen setelah sampai di rumah untuk menghindari munculnya jamur di masker kain," imbuhnya.
Baca juga: Berkaca dari Kasus Kak Seto, Berikut Gejala, Penyebab, hingga Pencegahan Kanker Prostat
Â
Masker Kain Ber-SNIÂ
Infografik: 3 KlasifikasiÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H