KOMPAS.com - Di media sosial Facebook, menyebar informasi yang menyebut bahwa pesawat Sriwijaya Air SJ 182 meledak di udara.
Informasi itu mulai muncul setelah pesawat rute Jakarta-Pontianak tersebut jatuh di Kepulauan Seribu, Sabtu (9/1/2021).
Dari penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, informasi yang beredar itu tidak benar alias hoaks.
Ketua Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Soerjanto Tjahjono menyatakan, pesawat Sriwijaya Air SJ 182 tidak meledak di udara.
Narasi yang beredar
Ada sejumlah akun Facebook yang menyebarkan informasi itu. Salah satunya adalah akun Facebook Muhlis Hadi.
"Kemungkinan Sriwijaya air boeing 737 meledak di udara. so mo bikin tako naik pesawat," tulisnya, 10 Januari 2021.
Akun lainnya yang menuliskan narasi bahwa pesawat Sriwijaya Air SJ 182 meledak di udara adalah Mariyadi Madi.
"Kejadian kemaren buat contoh umat manusia semua yang ada di mukak bumi ini sembah lah allah yg tulus dan jugak iklas. Kuasa tuhan tidak bisa di jawab olih manusia dan rahasianya gak Ada yang tau suaktu contoh sriwijaya air akan pecah di udara mereka kaluk tau mau kecilakaan pasti batal kan jadwal nya siapa yg mau mati semua pasti menolak nya maka dari itu sembah lah allah banyak lah kasih supaya kita dapat PERTOLONGANYA. (AMIIN)," tulis Mariyadi Madi, 11 Januari 2021.Benarkah pesawat Sriwijaya Air SJ 182 meledak di udara sebelum jatuh?
Penelusuran Kompas.com
Narasi yang menyebut pesawat Sriwijaya Air SJ 182 meledak di udara adalah tidak benar.
Hal itu diungkapkan oleh Ketua Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Soerjanto Tjahjono seperti diberitakan Kompas.com, Rabu (3/2/2021).
Pemberitaan itu berjudul "KNKT: Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 Tidak Pecah di Udara".
"Jadi ada yang mengatakan bahwa pesawat pecah di atas udara itu tidak benar. Jadi pesawat secara utuh sampai membentur air, tidak ada pecah di udara," kata Soerjanto dalam rapat kerja dengan Komisi V DPR, Rabu (3/2/2021).
Menurut Soerjanto, ada beberapa alasan mengenai hal itu.
Pertama, berdasarkan data tim SAR gabungan, puing pesawat tersebar di wilayah sebesar 80 meter dan panjang 110 meter pada keadalaman 16 sampai 23 meter.
Adapun puing-puing yang ditemukan mewakili seluruh bagian pesawat dari depan hingga belakang.
Puing itu di antaranya instrumen dari ruang kemudi, beberapa bagian roda pendarat utama, bagian dari sayap, bagian dari mesin, bagian dari kabin penumpang, dan bagian dari ekor.
"Luas sebaran yang ditemukan pesawat dari depan sampai belakang konsisten dengan bukti bahwa pesawat tidak mengalami ledakan sebelum membentur air," kata Soerjanto.
Temuan pada turbin pesawat, lanjut Soerjanto, juga mencerminkan konsistensi bahwa mesin masih dalam keadaan hidup sebelum membentur permukaan air.
"Ini diindikasikan bahwa turbin-turbinnnya rontok semua, itu menandakan bahwa ketika mengalami impact dengan air mesin itu masih berputar," kata dia.
Soerjanto mengatakan, temuan awal data automatic dependent surveillance broadcast (ADS-B) juga masih merekam data pesawat saat berada di ketinggian 250 kaki dari permukaan laut.
"Hal ini mengindikasikan bahwa sistem pesawat masih berfungsi dan mampu mengirim data. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa mesin masih dalam kondisi hidup atau menyala sampai sebelum pesawat membentur air," kata Soerjanto.
Meski demikian, ia menekankan, KNKT masih terus berupaya menginvestigasi penyebab kecelakaan pesawat tersebut.
Kesimpulan
Dari penelusuran tim Cek Fakta Kompas.com, informasi yang menyebut pesawat Sriwijaya Air SJ 182 meledak di udara sebelum jatuh adalah tidak benar.
Temuan pada turbin pesawat mencerminkan konsistensi bahwa mesin masih dalam keadaan hidup sebelum membentur permukaan air.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H