WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Amerika Serikat mengumumkan bakal menarik seluruh staf diplomatik yang tersisa di kedutaan besar mereka di Caracas, Venezuela.
Pernyataan yang disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Mike Pompeo itu terjadi di tengah krisis Venezuela yang semakin memburuk.
Presiden Donald Trump berkata dia mempertimbangkan semua opsi, termasuk intervensi militer guna menggulingkan Presiden Nicolas Maduro.
Baca juga: Listrik Padam Berhari-hari, Kehidupan Rakyat Venezuela bak Abad Pertengahan
Sejauh ini dikutip AFP Selasa (12/3/2019), AS menjatuhkan sanksi untuk melumpuhkan penjualan minyak Bumi yang menjadi urat nadi ekonomi Venezuela.
Langkah itu diperparah dengan mati lampu di sejumlah daerah Venezuela, di mana pemerintah menyalahkan AS sebagai pihak yang paling bertanggung jawab.
Negeri kaya minyak di Amerika Selatan itu dilanda krisis ekonomi akut yang membuat pemimpin oposisi Juan Guaido bangkit dan melakukan perlawanan.
Guaido mendeklarasikan diri sebagai presiden sementara pada akhir Januari lalu, dengan 50 negara di dunia termasuk AS memberikan pengakuan.
Dalam kicauannya di Twitter, Pompeo menjelaskan langkah menarik seluruh staf kedubes merupakan respon atas semakin memburuknya situasi di Venezuela.
"Selain itu, kami menyimpulkan keberadaan staf diplomatik di Venezuela menjadi kendala bagi kebijakan AS sendiri," tutur Pompeo kembali.
Pada 24 Januari, Kementerian Luar Negeri memerintahkan seluruh pegawai non-darurat pemerintah meninggalkan Venezuela, dan meminta warga AS yang tinggal untuk melakukan langkah serupa.
Pada awal Senin (11/3/2019), Pompeo juga menyanggah tudingan Maduro bahwa AS bertanggung jawab atas matinya listrik, dan menyinggung Kuba dan Rusia yang mendukung Maduro.
Kepada awak media, Pompeo mengatakan Maduro menjanjikan rakyat Venezuela hidup makmur laksana surga melalui jalan sosialisme.
Baca juga: Listrik Padam Berhari-hari Kacaukan Venezuela, Maduro Salahkan AS
"Jalan sosialis yang dibawanya, seperti telah dibuktikan sejarah berkali-kali, memberi jalan kepada kehancuran ekonomi," sindirnya.
Mantan Direktur CIA itu menyatakan Kuba dan Rusia telah berperan mencegah adanya demokrasi dan kesejahteraan seperti yang diimpikan rakyat Venezuela.
Dia menyindir perlindungan maupun dukungan politik yang diberikan Kuba kepada Maduro justru berakibat kepada kemunduran Venezuela.
"Ketika tidak ada listrik, berterimakasihlah kepada insinyur terkemuka Kuba. Ketika tidak ada air, itu berkat 'jasa' hidrologi Kuba," katanya.
Baca juga: Jurnalis AS yang Ditangkap Venezuela Ini Mengaku Dipaksa Dukung Maduro
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H