JAKARTA, KOMPAS.com - Sekjen Partai Berkarya Priyo Budi Santoso menilai, pernyataan calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto terkait Orde Baru merupakan sebuah otokritik.
Prabowo menyebut arah pembangunan nasional telah keliru sejak zaman Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto.
"Ini sebenarnya otokritik yang biasa saja dan baik untuk pelajaran ke depan," ujar Priyo melalui pesan singkat, Senin (11/2/2019).
Baca juga: Prabowo Sebut Kekeliruan Arah Pembangunan Terjadi Sejak Orde Baru
Priyo tak sepakat jika pernyataan Prabowo dilihat sebagai pernyataan yang kurang bijak. Priyo justru menilai pernyataan itu menunjukkan sikap kenegarawanan dan kejernihan Prabowo.
Ia juga mengatakan, kritik Prabowo sebagai suatu hal yang lumrah. Sebab, kata Priyo, setiap era kepemimpinan Presiden RI pasti memiliki kekurangan.
"Pak Prabowo justru menunjukkan kadar kenegarawanan dan kejernihan pandangannya dengan otokritik seperti itu," kata Priyo yang selama ini membanggakan Soeharto.
Baca juga: Demokrat Nilai Prabowo Kurang Bijaksana karena Turut Kritik SBY
"Lumrah saja. Semua era pasti ada kekurangan tapi juga prestasi yang hebat," tambah dia.
Sebelumnya Prabowo Subianto sebelumnya mengatakan arah pembangunan Indonesia saat ini menuju ke arah yang keliru. Kekeliruan tersebut terjadi sejak puluhan tahun lalu, bahkan saat Orde Baru berkuasa.
Hal itu ia ungkapkan saat menghadiri perayaan ulang tahun ke-20 Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) di Sports Mall, Kelapa Gading, Jakarta Utara, Rabu (6/2/2019).
Baca juga: Ruhut: Enggak Salah Prabowo Bilang Arah Pembangunan Keliru Sejak Orde Baru?
"Dari awal, dari sekian belas tahun, sekian puluh tahun, dari saya masih di dalam Orde Baru saya sudah melihat arah perkembangan, arah pembangunan Indonesia, sebenarnya arahnya menuju arah yang keliru," ujar Prabowo.
Menurut Prabowo, para elite saat ini telah gagal dalam mengelola negara. Ia pun menyebut para elite itu tidak berguna.
Ketua Umum Partai Gerindra itu mengatakan, semua indikator pembangunan menunjukkan Indonesia tengah menuju kegagalan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H