Mohon tunggu...
Kompas.com
Kompas.com Mohon Tunggu... Administrasi - Kompas.com

Kompas.com merupakan situs berita Indonesia terlengkap menyajikan berita politik, ekonomi, tekno, otomotif dan bola secara berimbang, akurat dan terpercaya.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Harga Jeblok, Petani Ini Matikan 1,5 Hektare Pohon Cabainya dengan Racun Gulma

10 Februari 2019   14:01 Diperbarui: 10 Februari 2019   14:28 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang petani di Desa Bugel, Kulon Progo, Sukarman menunjukkan ladang cabai keriting seluas 1,5 hektar yang sudah menjadi coklat akibat disemprot penghancur gulma. Sukarman beralasan, petani rugi karena harga cabai jeblok. Mereka mempertimbangkan untuk mengganti dengan tanaman lain.

Seorang petani di Desa Bugel, Kulon Progo, Sukarman menunjukkan ladang cabai keriting seluas 1,5 hektar yang sudah menjadi coklat akibat disemprot penghancur gulma. Sukarman beralasan, petani rugi karena harga cabai jeblok. Mereka mempertimbangkan untuk mengganti dengan tanaman lain.
KULON PROGO, KOMPAS.com - Seorang petani cabai di Desa Bugel, Kecamatan Panjatan, Kulon Progo, Sukarman (60), memutuskan untuk tidak melakukan panen.

Hal tersebut dipilih lantaran harga cabai keriting terjun bebas dari normalnya Rp 15.000 perkilogram menjadi Rp 3.000-4.000 per kg di Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Sukarman memutuskan untuk tidak memanen cabai karena ongkos petik lebih mahal ketimbang harga jual.

Bahkan, dia menghancurkan ladang miliknya seluas 1,5 hektare yang cabainya sudah merah dengan gramason, racun pembunuh rumput dan gulma.

Baca juga: Datang ke Madiun, Grace Natalie Buktikan Rp 100.000 Tak Hanya Dapat Cabai dan Bawang

"Saya baru 5 kali petik dari biasanya bisa sampai 15-20 kali petik. Tapi sekarang rugi karena harga Rp 3.000-4.000 per kg," kata Sukarman, ketika ditemui di Bugel 2, Sabtu (9/2/2019).

Ia membiarkan buah cabai itu mengering sendiri di pohon dan dipenuhi semak belukar. Ladang itu pun kini menjadi berwarna cokelat karena pohon mengering. 

Sukarman mengatakan, mau tak mau ia memutuskan untuk mengganti dengan tanaman lain, misal semangka. "Karena cabai ini sudah tidak ada untungnya," kata Sukarman.

Sukarman merasa keputusan ini tepat, terlebih setelah memperoleh kabar bahwa rendahnya harga cabai selama ini dikait-kaitkan dengan impor cabai kering, cabai tumbuk, dan saos cabai yang diyakini untuk mendukung industri produk makanan lain.

"Kami baru tahu setelah saya hadir di pertemuan perwakilan kelompok tani seluruh Indonesia di kantor Dirjen Holtikultura Jakarta pada 4 Januari 2019. Kami mendesak dan baru tahu ada impor cabai ini yang baru 40 persen, belum seluruhnya," kata Sukarman.

Karenanya, ia meyakini harga cabai tidak akan terdongkrak naik dalam tempo lama. Padahal, kata Sukarman, BEP lombok merah keriting di tingkat petani di Kulon Progo berada di harga Rp 10.000 per kg.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun