Mohon tunggu...
Kompas.com
Kompas.com Mohon Tunggu... Administrasi - Kompas.com

Kompas.com merupakan situs berita Indonesia terlengkap menyajikan berita politik, ekonomi, tekno, otomotif dan bola secara berimbang, akurat dan terpercaya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tawuran Terus Berulang di Saharjo dan Pasar Rumput

6 Februari 2019   08:44 Diperbarui: 6 Februari 2019   08:48 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kaca jendela yang pecah di Halte Transjakarta Pasar Rumput, Jakarta Sealtan, belum diperbaiki, Senin (4/2/2019). Kaca jendela itu pecah dalam tawuran antara warga pada akhir pekan lalu.

Lingkungan jadi pemicu

Kaca jendela yang pecah di Halte Transjakarta Pasar Rumput, Jakarta Sealtan, belum diperbaiki, Senin (4/2/2019). Kaca jendela itu pecah dalam tawuran antara warga pada akhir pekan lalu.Pelaksana Tugas Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) DKI Jakarta Taufan Bakri menyatakan heran dengan tawuran yang terus terjadi. Menurut dia, tawuran kerap bermula dari hal sederhana seperti suara petasan atau saling ledek.

Baca juga: Pemkot Jaksel Ambil Rekaman CCTV di Lokasi Tawuran di Pasar Rumput

"Itu soal biasa. Mereka pasang petasan gitu ya, euforia petasan dari kampung sebelah menuju kampung sebelah terpiculah emosi mereka," kata Taufan.

Taufan yang sebelumnya menjabat Kepala Suban Kesbangpol Jakarta Selatan itu mengatakan, tak mudah mengatasi tawuran di Manggarai. Latar belakang warga dan kondisi lingkungan menjadi salah satu faktor penyebab tawuran kerap terjadi.

Berdasarkan data kepadatan penduduk DKI Jakarta tahun 2017, Kelurahan Manggarai Selatan, yang berada di sekitar Jalan DR Saharjo tempat terjadi tawuran, merupakan kelurahan terpadat kedua di Jakarta Selatan. Kepadatannya mencapai 52.979 jiwa per kilometer persegi.

Sementara kelurahan dengan tingkat kepadatan tertinggi ketiga yakni Pasar Manggis yang berada di sekitar Pasar Rumput. Kepadatannya mencapai 40.726 jiwa per kilometer persegi.

Padatnya penduduk dengan latar belakang kemiskinan diduga telah menjadi penyebab mudahnya tawuran terjadi.

"Bayangkan kalau dalam satu rumah, satu rumah itu tiga kepala keluarga, bayangkan. Rumah kecil 4x6 meterlah," kata Taufan.

Kemiskinan bagai lingkaran setan yang menjerat setiap keluarga. Banyak anak yang putus sekolah dan pemuda usia produktif yang menganggur. Mereka tak punya sarana untuk mengekspresikan diri selain lewat kekerasan.

"Mereka yang (masih) kecil-kecil juga berkelompok. Ngegeng, ada gengnya. Ada (namanya) Kembang Mekar... Pekerjaan enggak ada," ujar Taufan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun