CHICAGO, KOMPAS.com - Cuaca dingin ekstrem akibat pusaran kutub (Polar Vortex) yang menghantam sebagian besar wilayah Amerika Serikat (AS) mulai menunjukkan penurunan.
Badan cuaca Nasional (NWS) melaporkan, di beberapa tempat yang suhunya bisa mencapai minus 49 derajat Celsius, saat meningkat ke angka 7-11 derajat Celsius.
Pakar Meteorologi NWS Brian Hurley dikutip Sky News Jumat (1/2/2019) berkata, cuaca dingin ekstrem itu memang tidak menghilang, melainkan mengalami penguapan.
Baca juga: Ketika Trump Minta Global Warming untuk Turunkan Suhu Minus 52 Derajat Celsius
"Jadi di Chicago, kemungkinan kita bakal melihat suhu yang awalnya minus 29 derajat Celsius pada Kamis (31/1/2019) menjadi 10 derajat Celsius," ucap Hurley.
Rekor terdingin yang tercatat sepanjang pekan ini terjadi di Cotton, Minnesota, di mana suhunya mencapai minus 49 derajat Celsius.
Ahli cuaca memprediksi, kondisi tersebut bakal berubah pada Sabtu (2/2/2019), di mana suhunya bakal meningkat antara 2-6 derajat Celsius.
Meski begitu, peningkatan suhu tersebut tak cukup untuk mencairkan Air Terjun Niagara yang sudah beku di wilayah AS.
Sejak Polar Vortex menerjang Selasa (29/1/2019), dilaporkan 21 orang sudah tewas, dengan sembilan di antaranya ditemukan di Chicago.
Dokter Stathis Poulakidas dari Rumah Sakit John H Stroger Jr di Chicago memaparkan, dia sudah merawat setidaknya 50 korban radang dingin sepanjang pekan ini.
Reuters via Channel News Asia melaporkan, kebanyakan dari mereka terancam mengalami amputasi pada bagian jari kaki maupun tangan.