Dengan banyaknya pejabat tinggi yang berkomentar, nasib jalur sepanjang 688 km itu menjadi agenda utama Malaysia dalam beberapa hari terakhir.
Komentator hubungan China dan Malaysia Oh Ei Sun menuturkan, dia tidak yakin pembatalan proyek bakal memengaruhi relasi bilateral dua negara.
Oh menjelaskan, Negeri "Jiran" merupakan salah satu mitra dagang utama Beijing. Selain itu, pasang surut dalam relasi merupakan hal lumrah.
"Namun, saya tidak meyakini masalah ini bakal memberi pengaruh serius hingga bisa mengganggu mereka," kata peneliti senior Institut Hubungan Internasional Singapura.
Baca juga: Batalkan 3 Proyek, Mahathir Klaim Malaysia Hemat Rp 1.096 Triliun
Ketika CCCC memberikannya kepada pendahulu Mahathir, Najib Razak, pada 2016, banyak pengamat menilai proyek itu adalah "Inisiatif Sabuk dan Jalan" Presiden Xi Jinping.
Namun, pengerjaan jalur itu menjadi tidak pasti setelah Najib kalah dari Mahathir dalam pemilihan umum yang berlangsung 9 Mei 2018.
PM berusia 93 tahun itu melihat ECRL sebagai proyek yang terlalu mahal serta belum dibutuhkan oleh Malaysia saat ini.
Pada awal Januari ini, Mahathir sempat menyatakan proyek tersebut bisa berjalan namun dalam skala yang lebih kecil.
Sumber pemerintah mengungkapkan mereka tidak bisa melanjutkan kontrak CCCC yang dibawa Najib karena rasio biaya serta manfaatnya tidak selaras.
Pejabat anonim itu melanjutkan, dengan membatalkan proyek itu, maka pemerintahan Mahathir sudah siap dengan penalti yang harus dibayarkan.