Sucianti langsung menggendong bayinya dan kembali berlari menghindari kejaran longsor selama dua jam hingga membuat lumpur yang menutupi tubuh dan bayinya hilang digerus guyuran hujan deras.
"Saya lari ke atas sawah sampai-sampai (sehingga) semua lumpur di badanku hilang karena terkena hujan" kata Suci.
Saat kejadian suaminya, Haruna Daeng Rukka (27) berada di kebun yang berjarak tiga kilo meter dari pemukimannya dan selamat.
Keluarga ini kemudian bertemu kembali setelah bencana longsor terhenti saat kembali ke pemukiman yang sudah tertelan longsor.
Ke halaman selanjutnya
Belum tersentuh bantuan
Kini keluarga ini tengah ditampung di rumah salah seorang warga bernama Basariah, di Desa Tanakaraeng, Kecamatan Manuju. Sucianti ditampung bersama belasan pengungsi lainnya.
"Saya tampung di rumah pribadi saya dan jumlahnya belasan semuanya dari Dusun Pattiro, Desa Pattalikang," kata Basariah, Jumat, (25/1/2019)..
Basariah mengaku bahwa korban longsor yang ditampung di rumahnya belum tersentuh bantuan logistik kecuali uang tunai dari salah seorang dermawan.
"Kalau bantuan logistik belum ada padalah disini ada bayi yang tentunya membutuhkan bantuan karena kesehatan mereka juga sampai saat ini belum ditangani medis. Tadi malam (semalam) ada orang menelepon minta nomor rekening dan kirimkan saya langsung dengan jumlah Rp 500.000 katanya untuk pengungsi," ujar Basariah.Â
Baca juga: Cuaca Buruk, Bantuan Udara untuk Korban Longsor Gowa Dibatalkan
Seperti diberitakan sebelumnya, Dusun Pattiro, Desa Pattalikang, Kecamatan Manuju, Kabupaten Gowa adalah pemukiman penduduk yang paling parah diterjang lomgsor.