TEMAN datang dan pergi sesuai perjalanan waktu. Ada yang hadir ke tengah kita, ada pula yang pergi untuk selamanya ke hadirat Tuhan, atau berangkat ke luar negeri.
Adapun yang kembali ke sisi Tuhan, dan membuat kita merasa kehilangan, adalah almarhum Nukman Luthfie, yang wafat Sabtu 12 Januari lalu. Nukman adalah kawan bagi banyak orang, khususnya mereka yang berkecimpung di media.
Pernah menjadi kolega penulis saat bekerja di majalah ekonomi Prospek, pada awal ‘90-an, pria kelahiran Semarang (1964) itu adalah alumnus jurusan teknik nuklir UGM yang dikenal sebagai pakar Media Sosial dan E-Commerce.
Adapun yang lama pergi ke luar negeri dan tidak kembali ke Indonesia, misalnya, adalah Arthur Gan Hok Bing. Dokter asal Bandung ini ‘terpaksa’ merantau ke AS puluhan tahun lalu, dan kemudian mukim di sana bersama Hetty, isterinya.
Perihal dokter Bing ini layak kita amati, berhubung belakangan namanya makin moncer di AS. Tahun lalu, misalnya, Bing meraih penghargaan tinggi dari Palang Merah AS (American Red Cross) sebagai 'Humanitarian of the Year 2018'.
Palang Merah AS merupakan organisasi swasta (bukan di bawah pemerintah), yang menggantungkan dana dan program kerjanya sepenuhnya dari sumbangan para donor dan relawan.
Pindah karena diskriminasi rasial
Sebagaimana diceritakan Bing sendiri, ia dan istrinya pindah ke AS akibat diskriminasi rasial yang dialaminya di Indonesia pada tahun 60-an itu. Tapi siapa nyana, justru ‘musibah’ itu kemudian membawa berkah baginya.
Berkat perjuangan keras, karier Bing sebagai dokter menunjukkan hasil yang amat gemilang. Ayah dua putri ini tidak saja berhasil jadi miliarder di sana, tetapi namanya pun makin berkibar sebagai ahli bedah plastik dan filantropis yang sangat dihormati berbagai kalangan di AS.
Satu di antara penghormatan luar biasa itu adalah ketika pada 1 November 2012 lalu sebuah gedung Pusat Kanker di Ohio, AS, diresmikan dengan menyandang namanya, "OhioHealth Arthur G. H. Bing, MD, Cancer Center."
Sebagai sebuah pencapaian terbesar Bing, fasilitas kesehatan mewah berlantai lima itu pun segera menjadi kebanggaan masyarakat negara bagian Ohio, AS.
Dokter Bing sendiri menyumbang dua (2) juta dolar AS pada Pusat Kanker yang bernilai 10 juta dolar itu. Rupanya itulah sumbangan terbesar dari pribadi seorang dokter dalam sejarah kesehatan di Ohio.
Menurut wartawati kanal TV NBC4 Ellie Merritt, Bing datang ke AS sekitar 40 tahun lalu. Melalui program naturalisasi, Bing dan Hetty menjadi warga negara AS pada 1975.
Menurut Bing, dirinya merasa beruntung. "Istri saya, yang merupakan seorang penyintas kanker (cancer survivor) dan saya, sebagai ahli bedah plastik yang sering berurusan dengan penderita kanker, merasa sangat beruntung dan bersyukur (bahwa ini terwujud)," kata Bing kepada Merritt.
Rupanya, cobaan kanker yang dialami sang istri justru membuatnya kian gigih, dan makin semangat berjuang demi kemanusiaan.
Hanya beberapa tahun setelah sampai di Ohio, Hetty didiagnosa menderita kanker usus besar (colon cancer). Atas ijin Tuhan, melalui pengobatan para dokter di Ohio, Hetty selamat dari fatalnya serangan kanker.
Dan itulah yang menginspirasi sang ahli bedah plastik itu, sehingga ia jadi sangat peduli pada program penyembuhan tumor ganas. "Dan sekarang ia membalas kebaikan-kebaikan yang dialaminya dengan hati terbuka," kata Merritt.
Menurut situs OhioHealth Riverside Methodist Hospital, Bing adalah satu dari 26 dokter spesialis bedah plastik di RS itu.
“Dia juga menguasai berbagai bahasa, termasuk bahasa Belanda, Jerman dan bahasa Indonesia," tulis situs Berita Kesehatan AS (Health US News) ini.
Menurut laman Bloomberg ini, dokter Bing telah menjadi Director Emeritus of Heartland sejak 22 April 2016, setelah sebelumnya menjabat sebagai direktur di situ sejak 1989 hingga 2016.
Sudah berpraktik di wilayah Columbus selama 40-an tahun, Dr. Bing juga dikenal sebagai pengusaha (entrepreneur) yang juga aktif dalam boards di berbagai organisasi, termasuk Palang Merah AS, dan Riverside Methodist Hospital, Ohio.
Sebenarnya Bing lahir dan dibesarkan di Bandung. Ia lulus Fakultas Kedokteran Unpad pada tahun 1965. Sempat praktik sekitar empat tahun sebagai dokter, pada tahun 1969 Bing dan Hetty (yang juga seorang dokter) pindah dan bermukim di Ohio, AS.
Saat itu kondisi keuangannya sangatlah terbatas. Menurut Bing, sebagaimana diungkapkannya dalam video ini, kepindahannya ke AS karena perlakuan buruk yang dialaminya.
Pada tahun 2015, ayah dua putri itu juga menerima penghargaan Ohio Asian Awards, sebagai Honorary Chair. Menurut situs ini, dokter Bing dianggap sebagai contoh terbaik imigran Amerika asal Asia (Asian-American) yang memberi kontribusi kepada warga AS asal Asia dan para imigran lain.
Mengulang internship lagi
Meski sudah lulus dokter umum selama empat tahun (1965-1969) di Indonesia, ketika datang ke Ohio pada 1969 dokter Bing harus memulainya dari awal lagi: ia harus mengikuti program internship lagi, yakni semacam tugas ko-asistensi (magang) di RS Riverside Methodist Hospital, Ohio.
"Ketika datang, Bing nyaris tidak punya apa-apa; boleh dibilang ia hanya punya sepatu di kakinya," kata seorang ahli bedah plastik kolega Bing, dr. Anne Taylor, yang mengenal Bing ketika bekerja sebagai intern di RS.
“Tapi ia bekerja sangat keras, dan melakukan residency lagi di Rumah Sakit,” tambah Taylor. "Sesudah bekerja di RS selama enam tahun sebagai ahli bedah umum dan ahli bedah plastik, baru saya bisa membuka praktik sebagai dokter," kata Bing.
Akan halnya penghargaan dari Palang Merah AS itu, dalam video yang diunggah ke kanal YouTube Juli 2018 lalu, dijelaskan bahwa American Red Cross menghargai Arthur Bing sebagai filantropis dan relawan yang patut menjadi teladan.
‘Misi dr. Arthur Gan Hok Bing untuk mempersembahkan pendidikan dan pelatihan sangatlah penting artinya bagi perwujudan kepedulian pada pasien (patient-care) yang berkualitas, yang memberi dampak positif bagi negara bagian Ohio dan seluruh dunia,’ sebagaimana dapat disimak pada video tersebut.
Di video yang sama Bing menceritakan secara singkat tentang dirinya. "Saya dan isteri saya (Hetty) sama-sama dokter dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Bandung. Berhubung keterbatasan yang kami alami, kami pun memutuskan untuk pindah ke Amerika.”
Sejak 2013 lalu, dalam usia 75 tahun Bing pensiun, setelah praktik pribadi selama 38 tahun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H