"Ayahnya lalu berdalih mengajak menengok ibu dan adiknya di rumah sakit ketika itu, untuk menghibur Adit seolah-olah keluarganya masih lengkap," tutur Wahyu.
Tidak mungkin terus menyembunyikan keadaan yang sebenarnya dari Adit. Tim trauma healing cepat dan intens mengatasi depresi pada anak itu.
"Adit akhirnya diajak ke kuburan ibu dan adiknya dan sekarang dia sudah lebih baik dan bisa menerima kenyataan," tutur Wahyu.
Kini, Adit juga menjadi anak angkat dari Aipda Turono, anggota Polres Pesawaran yang bertugas di lokasi bencana.
Wahyu mengatakan, pihaknya sebenarnya hanya mengatasi kesehatan jasmani pada korban bencana. Namun, di lapangan, pihaknya juga kadang harus berperan mengobati kejiwaan korban.
"Kami tidak tega melihat kondisi seperti ini," tutupnya.Â
Diangkat anak
Pada hari kedua bencana tsunami Selat Sunda, Aipda Turono dan istri mulanya datang membawa bantuan kebutuhan balita di Posko Totoharjo. Saat menurunkan barang, dia melihat ada seorang anak yang duduk sambil melamun sendirian di antara lalu lalang orang banyak. "Lalu saya tanya kenapa melamun, seketika dia langsung ingin dipeluk dan duduk di pangkuan saya," kisahnya. Adit langsung menangis sejadi-jadinya sementara Turono sendiri belum tahu apa penyebab kesedihan anak tersebut. "Saya peluk dan terus saya semangati. Adit menangis sampai setengah jam baru dia merasa bisa lebih tenang," kata dia lagi. Sejak saat itu, Turono langsung merasakan bahwa Adit yang memiliki nama lengkap Ahmad Dinata Adit Saputra memiliki kedekatan emosional dengan dirinya. Turono meminta Adit memanggilnya dengan sebutan papi dan istrinya dengan panggilan mami.Baca juga: Hadiah Lomba Bakar Ikan di Jakut Disumbangkan untuk Korban Tsunami Banten Hari keempat, Turono kembali ke lokasi bencana di Totoharjo. Dia dan istrinya memberi kejutan dengan membelikan Adit baju dan sepatu bola. Betapa senangnya Adit saat itu. Begitu Turono tiba, Adit langsung berlari dan memanggilnya papi. Aipda Turono pun berinisiatif bertemu dengan ayah Adit, Subandi, dan mengajak Adit ikut ke rumahnya di Kabupaten Pesawaran, berjarak 110 kilomenter dari lokasi bencana. Subandi adalah seorang ABK kapal nelayan yang pekerjaannya serabutan. Adit pun bermalam dan berbaur bersama keluarga dan tetangga Turono di Pesawaran. "Adit cepat berbaur dengan anak-anak seumurannya dan dia mengajarkan cara bermain bola, bahkan dia juga rajin menunaikan salat lima waktu," jelasnya. Adit tampak terhibur di rumah Turono. Namun, sesekali tampak tatapan kosong di wajahnya. "Saya langsung menegurnya. Hayo, jangan melamun," begitu Turono menghibur Adit. Sekalipun Adit merasa terhibur dan mendapat perhatian lebih dari beberapa pihak, namun dia tetap merindukan kampung halamannya. "Tiga hari di rumah saya, dia bilang, Papi, Adit kangen sama keluarga," kisah Turono. Sekarang, Adit kembali pada keluarganya di Desa Way Muli. "Kapan pun Adit ingin ke rumah papinya, saya akan menjemputnya," tutup Turono.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H