Mohon tunggu...
Kompas.com
Kompas.com Mohon Tunggu... Administrasi - Kompas.com

Kompas.com merupakan situs berita Indonesia terlengkap menyajikan berita politik, ekonomi, tekno, otomotif dan bola secara berimbang, akurat dan terpercaya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Tak Ada Gempa, Hanya Mati Lampu, Tiba-tiba Air Sudah Tinggi"

25 Desember 2018   15:30 Diperbarui: 26 Desember 2018   14:10 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Calon wakil presiden nomor urut 01 Maruf Amin ketika mendatangi posko pengungsian korban tsunami Selat Sunda di Masjid Jami Al Muamanah di Selasa (25/12/2018).

Calon wakil presiden nomor urut 01 Maruf Amin ketika mendatangi posko pengungsian korban tsunami Selat Sunda di Masjid Jami Al Muamanah di Selasa (25/12/2018).BANTEN, KOMPAS.com - Korban tsunami Selat Sunda menceritakan mencekamnya suasana ketika bencana tsunami yang terjadi pada Sabtu (22/12/2018) malam, menimpa mereka.

Cerita itu disampaikan kepada calon wakil presiden nomor urut 01 Ma'ruf Amin, yang mengunjungi korban tsunami Selat Sunda di RSUD Berkah, Pandeglang, Selasa (25/12/2018).

Dewi Mariani, warga dari Kampung Sumur, Pandeglang, mengatakan tsunami terjadi tanpa ada tanda-tanda sebelumnya.

"Tanpa ada gempa, tidak ada apa-apa, cuma mati lampu. Saya pikir cuma mati lampu biasa karena memang musim hujan angin kan di sana. Tiba-tiba ada yang teriak 'air-air-air', saya langsung lari ke luar rumah, pas saya lihat air memang sudah tinggi," ujar Dewi.

Baca juga: Korban Meninggal Tsunami Selat Sunda Bertambah Jadi 429 Orang

Lokasi rumahnya masih agak jauh dari pantai. Namun, saudara-saudara yang rumah berada lebih dekat menjadi korban. Dewi berada di rumah sakit tersebut untuk menemani saudaranya, Tirman, yang menjadi korban tsunami Selat Sunda.

Tirman terseret arus sampai bagian kepalanya luka-luka. Tirman bersama neneknya tinggal di pinggir pantai.

"Pas buka pintu, air masuk saja katanya. Dan itu jauh sekali terseretnya dari bibir pantai sampai ke jalan raya," ujar Dewi.

Ma'ruf mendengarkan cerita Dewi. Setelah itu, dia mendoakan kesehatan Tirman yang belum bisa banyak berbicara.

Baca juga: Pendistribusian Bantuan ke Korban Tsunami, Kemenhub Siapkan Jalur Udara dan Laut

Pada hari ini, Ma'ruf tidak hanya mengunjungi korban selamat yang dirawat di RSUD Berkah Pandeglang.

Dia juga mendatangi posko-posko pengungsian di Kantor Lurah Sukasari dan Masjid Jami Al Mu'amanah di Kampung Tenjolahang Timur.

Adapun, hingga Selasa (25/12/2018) pukul 13.00, berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), jumlah korban meninggal dunia akibat tsunami Selat Sunda sebanyak 429 orang.

Jumlah itu meliputi korban di 5 kabupaten, yaitu Kabupaten Serang, Pandeglang, Lampung Selatan, Pesawaran, dan Tanggamus. 

Dari 5 kabupaten, daerah paling parah terdampak tsunami adalah Kabupaten Pandeglang. Tercatat, korban meninggal dunia di wilayah ini paling banyak, yaitu 290 orang. 

Baca juga: Imbauan Polisi Antisipasi Penjarahan Pasca-tsunami Selat Sunda

Selain korban meninggal, tercatat 1.485 orang luka-luka, 154 orang hilang.

BNPB juga mencatat, ada 16.802 orang yang mengungsi di sejumlah daerah. 

Jumlah tersebut masih sangat mungkin bertambah karena proses evakuasi yang masih terus dilakukan.

Peristiwa ini juga menyebabkan sejumlah kerusakan. Tercatat, sebanyak 882 unit rumah rusak, 73 penginapan berupa hotel dan vila rusak, dan 60 warung rusak.

Selain itu, tercatat 434 perahu kapal rusak, 24 kendaraan roda 2 rusak, 41 kendaraan roda 2 rusak, 1 dermaga rusak, dan 1 shelter rusak. 

 

3215234366.jpgKOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Fakta Tsunami Selat Sunda

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun