JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump nampaknya geram terhadap Gubernur Federal Reserve Jerome Powell. Trump berencana memecat Powell akibat keputusannya menaikkan suku bunga acuan atau Fed Fund Rate pada Rabu (19/12/2018) lalu.
Selain itu kerugian pasar saham AS diduga menjadi alasan lain mengapa Trump ingin melengserkan Powell.
The Fed sendiri telah menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis point menjadi 2,25 persen-2,5 persen. Selain itu the Fed juga memberikan sinyal bahwa kenaikan untuk tahun depan hanya dua kali lagi, dari tiga kali menurut konsensus para pelaku pasar finansial global.
Lalu bagaimana pengaruh rencana Trump tersebut terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)? Apakah sentimen negatif dari Negeri Paman Sam ini bisa menyetir pergerakan indeks ke zona merah jelang penutupan perdagangan pada Jumat (28/12/2018) mendatang?
Baca juga: Geram Suku Bunga Naik, Trump Disebut Bakal Pecat Gubernur The Fed
Analis Binaartha Sekuritas M. Nafan Aji Gusta Utama menyebut rencana Trump melengserkan Powell dari singgasananya tidak akan memberikan pengaruh signifikan terhadap pergerakan indeks di akhir tahun 2018.
“Pernyataan itu dampaknya mungkin tidak terlalu besar ya karena market, termasuk di negara-negara maju sedang libur. Jadi tidak terlalu se-volatile dengan beberapa periode sebelumnya baik untuk pasar saham, foreign exchange (forex), maupun komoditas.” kata Nafan seperti dilansir Kontan.co.id Minggu (23/12/2018).
Nafan memproyeksi, pergerakan indeks cenderung datar atau flat hingga awal tahun 2019. IHSG diproyeksi akan bertengger dengan kecenderungan berada di atas 6.116-6.117 dan berpeluang menguat tipis.
Sementara untuk pergerakan indeks di tahun 2019, Nafan menilai rencana Trump tersebut tidak akan memberikan pengaruh signfikan. Pergerakan indeks akan tetap dengan kecenderungan menguat akibat fenomena window dressing jelang akhir tahun dan January effect pada bulan depan.
Baca juga: IHSG Diprediksi Bullish hingga Awal 2019, Ini Saham-saham yang Bisa Dilirik
Terlebih rencana Trump kali ini dapat dikatakan belum final dan harus menghadapi sejumlah halangan. Asal tahu saja, otorisasi hukum yang dimiliki Trump untuk bisa memecat Powell masih belum jelas hingga kini.
Undang-Undang The Fed menyatakan bahwa gubernur dapat dihilangkan karena alasan presiden. Namun, aturan-aturan seputar pemecatan pemimpin bank sentral secara hukum tidak jelas.
“Jika benar-benar Powell dicopot dan penggantinya datang dari pihak oposisi atau Demokrat, tentu akan semakin membuat kacau kondisi perekonomian global. Tetapi jika diganti dengan ekonom atau bankir yang satu haluan dengan Trump mungkin akan lebIh kondusif walaupun tetap menjadi sentimen negatif bagi pergerakan sejumlah indeks di dunia,” kata Nafan.
Lebih lanjut ia mengatakan bahwa saat ini pelaku pasar masih menunggu atau wait and see terhadap hasil dari negosiasi perdagangan antara AS dan China. Negosiasi tersebut akan berlangsung hingga Maret 2019 mendatang atau dengan tenggat waktu 90 hari. Nafan bilang pelaku pasar lebih menunggu hasil negosiasi ini ketimbang kepastian rencana pemecatan Powell oleh Trump.
Sikap Trump yang bersikeras agar the Fed tidak menaikkan suku bunga acuannya menurut Nafan tidak mencerminkan bagaimana kebijakan ekonomi AS sesungguhnya.
“Trump cenderung berpikir ke arah geopolitik atau ke politik internasional, tidak murni ekonomi. Padahal seharusnya ia tahu keputusan untuk tidak menaikkan suku bunga acuan akan memperburuk kondisi perekonomian AS yang semakin menurun hingga dibawah 3 persen di akhir tahun ini,” kata dia.
Nafan menyebut peluang terjadinya resesi bisa semakin tinggi apabila the Fed tidak menaikkan suku bunga acuannya.
“Kalau Jerome Powell saya memaklumi kenaikan suku bunga untuk mengimbangi pertumbuhan ekonomi dalam rangka mengimbangi inflasi AS yang saat ini lebih dari 2 persen. Kenaikan suku bunga FFR secara gradual tidak masalah, tidak melonjak secara signifikan,” ujar dia. (Rezha Hadyan)
Berita ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul Trump berniat pecat gubernur The Fed, bagaimana efeknya buat IHSG?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H