Pagi itu Hamdan bertemu seorang warga yang tengah mengantar anaknya ke sekolah. Hamdan mencegatnya sambil memelas minta tolong agar ia diselamatkan dari kelompok Abu Sayyaf.
“Saya memelas sambil menangis, minta tolong kepada bapak yang sedang membonceng anaknya hendak ke sekolah, tapi rupanya (orang itu) tidak mengerti bahasa Melayu,”kisah Hamdan.
Ia bingung saat berkomunikasi dengan warga setempat. Mereka tak mengerti bahasa Melayu. Beruntung pemilik rumah tak jauh dari tempat Hamdan minta tolong kepada pengendara yang ia cegat mengerti bahasa Melayu.
Hamdan pun menyampaikan maksudnya dan apa yang dialaminya selama lebih dari 3 bulan di hutan Filipina.
Hamdan mencertakan, ia mencium tangan dan kaki warga yang membantunya karena mengerti bahasa Melayu.
Hamdan merasa lega dan mulai mendapat jalan selamat setelah warga mengajak dia ke rumah mereka lalu menyuguhkan dia secangkir kopi.
“Tenanglah, kami juga keluarga muslim, insya Allah kamu selamat,” kata Hamdan mengutip percakapannya dengan keluarga yang membantunya lolos dari kelompok Abu Sayyaf.
Hamdan semakin tenang setelah dia diantar ke kota, setelah itu diserahkan ke pihak Kementerian Luar Negeri Indonesia di Filipina. Dengan bantuan kementerian luar negeri, Hamdan akhirnya dipulangkan ke Jakarta, Kamis lalu.
Dibantu Kemenlu
Begitu mendapat kabar sang suami bebas dari kelompok Abu Sayyaf, istrinya, Julianti, yang sudah lama bingung dan menanti kepulangan suaminya, tentu saja merasa lega dan gembira. Julianti mengucap syukur setelah suaminya bebas.
“Alhamdulilah, syukur sekali suami saya bisa bebas dan akhirnya bisa kumpul kembali di tengah keluarga. Saya tentu saja lega dan berterimah kasih kepada pemerintah yang telah membantu proses pemulangan suami saya hingga ke tengah keluarga,” kata Jualinti saat duduk di samping suaminya.