Mohon tunggu...
Kompas.com
Kompas.com Mohon Tunggu... Administrasi - Kompas.com

Kompas.com merupakan situs berita Indonesia terlengkap menyajikan berita politik, ekonomi, tekno, otomotif dan bola secara berimbang, akurat dan terpercaya.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Rumah-rumah Kosong di Jepang Bisa Dimiliki secara Gratis

10 Desember 2018   17:44 Diperbarui: 11 Desember 2018   11:55 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi rumah kosong

KOMPAS.com - Sebanyak 8 juta rumah terbengkalai di Jepang. Rumah-rumah atau biasa disebut Akiya ini, mayoritas berada di wilayah pinggiran kota. Bahkan di Tokyo, menurut data Pemerintah Jepang, setidaknya 1 dari 10 rumah terbengkalai.

Beberapa rumah tersebut dapat dimiliki dengan harga sangat rendah atau malah gratis. Bahkan, Pemerintah Jepang juga akan memberikan insentif khusus bagi mereka yang ingin merenovasi bangunan tersebut.

Jika tertarik, terdapat database khusus yang memuat data dan membantu calon pemilik menemukan rumah-rumah ini, yang dinamakan Akiya Banks.

Nomura Research Institute (NRI) memperkirakan, jumlah rumah yang terbengkalai akan terus bertambah, hingga mencapai angka 21,7 juta unit pada 2033 atau sepertiga dari total keseluruhan hunian di Jepang.

Keberadan rumah-rumah kosong ini merupakan imbas dari meningkatnya populasi orang tua di Jepang.

Menurut data Bank Dunia, populasi di negara ini menyusut sebesar 0,2 persen pada 2017. Sedangkan China dan Amerika Serikat masing-masing mengalami pertumbuhan sebesar 0,6 dan 0,7 persen.

"Jika hal ini terus berlanjut, pada titik tertentu mungkin perlu dipertimbangkan pembatasan proyek konstruksi baru," ujar konsultan senior NRI, Wataru Sakakibara.

Keberadan rumah-rumah kosong ini merupakan imbas dari meningkatnya populasi orang tua di Jepang.Selain itu, ada faktor lain yang juga mendorong banyaknya rumah kosong di Jepang, yakni peraturan yang mengharuskan setiap rumah dirobohkan setiap memasuki usia 20 atau 30 tahun.

Faktor lainnya adalah rumah-rumah tersebut menjadi tidak berharga atau biasa disebut Oshimaland. 

The Japan Times mengabarkan, ada beberapa alasan yang membuat hunian ini kehilangan nilainya, yakni karena menjadi lokasi pembunuhan, tempat bunuh diri, dan kematian yang tidak diketahui.

Faktor psikologis juga mempengaruhi. Banyak warga Jepang yang memilih untuk membeli properti baru.

Di lain pihak, menurut The Guardian, rumah-rumah ini dibangun dari material prefabrikasi yang dibangun dalam waktu singkat setelah Perang Dunia II.

Pada waktu itu, populasi di Jepang meningkat pesat dan menyebabkan krisis perumahan di negara tersebut.

Tentu saja hanya warga negara Jepang yang mendapatkan hak istimewa ini, atau para ekspatriat yang memiliki status sebagai permanent resident.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun