JAKARTA, KOMPAS.com - Milenial kerap dianggap sebagai generasi yang sulit untuk melakukan investasi. Pasalnya, biaya yang dikeluarkan untuk gaya hidup kerap kali tak sesuai dengan kemampuan atau gaji yang diterima milenial, terutama mereka yang baru pertama kali kerja dan mendapatkan pendapatan tetap. Belum lagi memperhitungkan biaya hidup bagi mereka yang merantau.
Perencana Keuangan Prita H Ghozie mengatakan, seharusnya, investasi disisihkan di awal ketika menerima gaji. Porsinya, 10 persen dari penghasilan.
"Baru biaya hidup menyesuaikan," ujar Prita ketika dihubungi Kompas.com, Jumat (16/11/2018).
Sebenarnya, stigma milenial yang dianggap sulit untuk berinvestasi tak melulu benar. Pasalnya, semakin banyak pilihan untuk investasi di era digital ini. Mulai dari menabung di bank hingga investasi dengan instrumen investasi seperti reksa dana hingga saham.
Baca juga: Ini Pekerjaan yang Paling Banyak Dicari dan yang Kurang Diminati para Milenial
Sebagai contoh, Karolina (23), wanita yang bekerja sebagai guru di salah satu Sekolah Menengah Atas (SMA) swasta di Jakarta ini menabung dengan cara tarikan auto debet setoran bulanan dari rekening tabungan yang dia miliki.
Menurut dia, dengan tarikan auto debet ini dirinya tidak akan usil mengambil dana yang dia miliki untuk kegiatan-kegiatan yang sifatnya konsumtif. Tak tanggung-tanggung, Karolina menabungkan sebesar 25 persen dari gaji yang dia dapatkan.
"Iya, soalnya untuk tabungan menikah dan beli rumah," ujar Karolina kepada Kompas.com.
Selain itu ada pula Pudhika (24) yang memilih untuk melakukan investasi reksa dana lewat perbankan. Pudhika mengaku telah melakukan investasi reksa dana melalui bank selama satu tahun, dan mengambil dua produk, yaitu reksa dana pasar uang dan reksa dana campuran.
"Yang pasar uang karena dia lebih tinggi dari pada bunga deposito. Kalau yang campuran, ya sama sih profitnya lebih banyak, tapi kan ini risikonya juga lebih tinggi, jadi aku bagi dua gitu," ujar Pudhika.
Pudhika yang bekerja sebagai karyawan swasta ini pun menyisihkan 10 persen hingga 20 persen pendapatannya untuk berinvestasi di reksa dana. Namun, dirinya juga tidak menutup kemungkinan untuk melakukan investasi dengan instrumen lain.
"Aku sebenernya baru mencari investasi yang enggak ribet dan menguntungkan," jelas Pudhika.
Adapula Erdita (22) yang memilih untuk investasi dengan emas. Sebab menurut dia, investasi dengan emas tak mudah untuk dicairkan. Sehingga, dirinya tak mudah tergoda mencairkan emasnya untuk hal-hal konsumtif.
Adapun Prita menambahkan, selain investasi, sebaiknya milenial juga menabung untuk dana darurat sebesar 5 persen dari pendapatan. Milenial juga sebaiknya membedakan antara biaya hidup dengan gaya hidup di pos terpisah. Sehingga nantinya bisa membedakan antara kebutuhan dan keinginan.
"Biaya hidup itu lebih ke yang essential such as kost, makan, transport, pulsa," jelas Prita.
Prita juga menyatakan pentingnya pencatatan keuangan agar milenial dapat memetakan pengeluarannya sehingga memiliki sistem pengelolaan keuangan yang lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H