KOMPAS.com -Â Pesawat Lion Air JT-610 yang jatuh di perairan Karawang tergolong pesawat sangat baru yang belum lama mengudara.
13 menit setelah lepas landas dari bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, pesawat Lion Air JT-610 rute Jakarta-Pangkal Pinang hilang kontak.
Sebelum kontak terputus, pilot sempat mengontak menara pengawas meminta izin untuk kembali ke bandara Soekarno Hatta karena mendeteksi ada permasalahan teknis.
Petugas menara bandara Soetta sempat memberi arahan kepada pilot. Namun, beberapa saat kemudian pilot mengontak menara ATC bandara Halim Perdana Kusuma sebelum komunikasi terputus pada 6.33 WIB.
Pesawat yang mengakut 178 penumpang, 1 anak, 2 bayi, serta 7 awak itu merupakan pesawat versi terbaru seri Boeing 737, yakni Boeing 737 MAX.
Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mengungkap bahwa pesawat Lion Air JT-610 dengan rute Jakarta-Pangkal Pinang baru dua bulan mengudara.
Baca juga: Takut Terbang Setelah Tragedi Lion Air, Ini yang Harus Dilakukan
"Itu masih baru Agustus, September, Oktober. Baru dua bulan mengudara," ujar Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono di Kantor Basarnas, Senin (29/10/2018).
Soerjanto menambahkan, pesawat JT-610 baru melakukan sekitar 800 jam terbang.
Lantas, mengapa pesawat yang terbilang masih sangat baru bisa mengalami masalah teknis dan berakhir kecelakaan?
Analisis penerbangan, Gerry Soejatman mengatakan bahwa pesawat yang sudah berumur maupun pesawat baru sebenarnya sama-sama berisiko mengalami kecelakaan.