Baca juga: Saat Porter Stasiun Beri Penghormatan kepada Penumpang yang Berangkat
Pendapat yang sama juga diungkapkan penumpang kereta api tujuan Stasiun Jogjakarta bernama Fairuz Faza (24).
Ia menilai tradisi unik itu dijalankan petugas tanpa ada paksaan siapa pun.
"Kalau mereka enggak mau melakukannya, ya sudah jangan berada di dalam area keberangkatan. Aku pikir enggak ada paksaan kok, yang mau lakukan ya silakan. Kalau enggak mau juga enggak masalah," ujar Fairuz.
Fairuz berpendapat tradisi unik tersebut seharusnya dapat dijadikan sebuah simbol perjalanan kereta api di Indonesia.
"Daripada dipermasalahin pantas atau enggak, lebih baik kita dukung tradisi itu. Kan bisa jadi ikon unik kereta api Indonesia," kata dia.
Penumpang lainnya bernama Febriyanti (27) juga menilai gestur hormat bukanlah sesuatu yang merendahkan derajat seseorang.
Ia berpendapat gestur tersebut adalah ungkapan doa petugas stasiun agar para penumpang bisa selamat sampai daerah tujuan.
"Kalau saya kok merasa mereka mendoakan kami ya. Bukannya kami lebih tinggi dari mereka, tetapi derajat kita sama begitu. Makanya kita saling mendoakan," kata Febri.
Seperti diketahui, tradisi gestur hormat itu dilakukan dengan menyilangkan tangan di dada dan sedikit membungkukkan badan.
Sikap ini dilakukan baik oleh porter, petugas keamanan atau petugas lainnya.