WASHINGTON, KOMPAS.com - Pemerintahan Donald Trump berencana untuk mengakhiri perjanjian persenjataan nuklir dengan Rusia yang ditandatangani saat era Perang Dingin.
Washington bermaksud untuk meninggalkan Perjanjian Persenjataan Nuklir Jarak Menengah (INF) dengan Moskwa yang telah berjalan selama tiga dekade.
Kesepakatan tersebut melarang negara penanda tangan untuk mengembangkan misil bermuatan nuklir yang mampu menjangkau jarak 500 hingga 5.500 kilometer.
Kesepakatan tersebut ditandatangani oleh Presiden AS Ronald Reagan dengan Pemimpin Uni Soviet Mikhail Gorbachev pada 1987.
Kesepakatan tersebut bermula dari kekhawatiran terhadap misil nuklir Uni Soviet, SS-20, yang merupakan misil balistik jarak menengah yang mampu menargetkan negara-negara Barat.
Baca juga: Trump Ancam Kerahkan Militer untuk Tutup Perbatasan AS dan Meksiko
Namun pada Sabtu (20/10/2018), Presiden Trump mengumumkan bahwa AS akan meninggalkan kesepakatan tersebut dengan menuduh Rusia telah sejak lama melanggar perjanjian.
"Kami telah menjaga dan menghormati perjanjian, tetapi Rusia sangat disayangkan, tidak melakukan hal yang sama. Sehingga kami akan mengakhiri dan menarik diri dari perjanjian," kata Trump.
"Rusia telah melanggar perjanjian itu selama bertahun-tahun. Kami tidak akan membiarkan mereka melanggar perjanjian nuklir dapat bebas dan melakukan (pengembangan) senjata sementara kami tidak bisa," tambah Trump, dilansir AFP.
Pernyataan Trump tersebut mengacu pada peluncuran misil 9M729 buatan Rusia yang dianggap Washington mampu mencapai jarak lebih dari 500 kilometer, sehingga melanggar kesepakatan INF.
Namun, langkah Trump yang ingin keluar dari kesepakatan INF dengan Rusia dikritik Moskwa yang menganggapnya sebagai salah satu upaya Washington untuk menjadi satu-satunya negara adikuasa di dunia.