"Ya harus ditegur mereka dengan cara yang halus agar mereka tetap mau di kelas dan bisa mendengarkan pelajaran," kata Lyndia.
Sebagai kakak, Ismail juga tidak segan-segan menegur adiknya jika mengganggu. Terkadang ia harus merelakan bukunya untuk dicorat-coret, dibuat buku gambar agar adiknya diam dan sibuk dengan kegiatannya sendiri.
"Kalau pas bergurau di kelas, bu guru pasti menegur. Tapi tidak sampai marah, apalagi mengusir adik dari dalam kelas," imbuh Ismail.
Baca juga: Kisah Bocah Bertaruh Nyawa demi Selamatkan Adik dan Neneknya Saat Gempa Palu
Lain lagi dengan Mohamad Zaenul Fata, siswa kelas V yang membawa adik sepupunya, Ristiani ke kelas.
Ketika sudah mengganggu di kelas atau menangis, ia menenangkannya dengan cara digendong. Sebab, adik sepupunya baru berusia 2,5 tahun.
"Dia maunya dengan saya terus meskipun ke sekolah. Kalau menangis di kelas, saya gendong baru diam," ujar siswa yang akrab disapa Fata ini.
Lyndia yang baru setahun mengajar sebagai Guru Garis Depan (GGD) di SDN Palenggiyan, harus memahami kultur masyarakat setempat.
Dia banyak belajar kepada guru-guru yang lebih senior di sekolahnya, untuk memahami anak yang ke sekolah sambil mengasuh adiknya.
Menurut guru asal Surabaya ini, jika anak ditegur keras, apalagi dimarahi, anak tersebut bisa tidak masuk sekolah. Bahkan bisa berhenti dari sekolahnya.
"Kita biarkan saja mereka sambil mengasuh adiknya di kelas. Yang penting tidak mengganggu," imbuh Lyndia.