“Berbeda dengan tahun sebelumnya, pada musim balap kali ini trek-trek yang dipertandingkan pada seri 76 IDH hanya dua kategori, yaitu C1 dan C2,” ujar Rudy.
Sebagai informasi, 76 IDH terdiri dari 5 seri, yaitu Batu Malang, Jawa Timur (C1), Kudus, Jawa Tengah (C1), Subang, Jawa Barat (C1), Yogyakarta (C2) dan Wonogiri, Jawa Tengah (C2).
Mukhib sendiri bisa mengumpulkan poin UCL karena sering memenangi seri 76 IDH kelas Man Elite. Anak pengrajin mabel dan penjual sembako ini bahkan berkali-kali keluar sebagai juara umum pada musim 2012, 2013, 2014 dan 2016.
Berkat capaiannya itu, Mukhib pun mendulang banyak poin UCL. Dia kemudian masuk jajaran 3 besar pebalap downhill Indonesia dengan koleksi poin UCL terbanyak.
Hasil ini mengantarnya ikut Kejuaraan Downhill Tingkat Dunia di Australia Minggu (10/9/2017). Tak hanya Mukhib, ada pula 2 pebalap downhill lokal lain yang tampil di kejuaraan tersebut.
Sesudah berlaga di Kejuaraan Tingkat Dunia, Mukhib lalu tampil di Asia Contitental Championships 2018. Di balapan ini ia berhasil mencatatkan waktu terbaik ke-6 dan mendapat tambahan 90 poin UCL.
Pebalap berusia 28 tahun ini kembali mendulang 60 poin UCL karena jadi yang tercepat di downhill putera Asian Games 2018.
Hingga Jumat (21/9/2018), Mukhib masih menjadi pebalap downhill pengumpul poin UCL tertinggi di Indonesia, yaitu 308 poin. Lebih baik dari Hildan Afosma Katana (150 poin) di posisi kedua dan Rendy Sanjaya (132 poin) di peringkat ketiga.
Dengan raihan ini, Mukhib kembali mendapatkan tiket mengikuti Kejuaraan Dunia Balap Sepeda Downhill di Swiss, September 2018 ini. Namun, karena isterinya melahirkan dia memilih absen dari kejuaraan tersebut.
Meski begitu, pebalap downhill ranking 45 dunia ini berjanji untuk terus berlatih lebih keras selepas Asian Games 2018. Tujuannya supaya bisa mengikuti berbagai kejuaraan Downhill tingkat Internasional.
"Pada Kejuaraan Dunia di Australia 2017, saya berada di posisi ke-63. Tekad saya harus lebih bagus lagi dari itu,” ujar dia, seperti dimuat harian Kompas, Jumat (24/8/2018).