KOMPAS.com - Sekitar 140 juta perempuan menggunakan pil hormon (pil KB) sebagai kontrasepsi. Meski sering dikatakan bisa mengurangi kanker ovarium, pil KB kerap diisukan memicu kanker payudara.
Publikasi di The New England Journal of Medicine pada Desember 2017 menyebut, 13 dari 100.000 perempuan yang menggunakan pil KB berpotensi mengalami kanker payudara.
Bagaimana menalar hasil studi tersebut? Apakah lantas perempuan lebih baik tidak menggunakan pil KB untuk kontrasepsi?
Dr Rachmawati Sp B (K) Onk. dari Rumah Sakit Pondok Indah (RSPI) di Bintaro Jaya mengatakan, pil KB memang bisa diasosiasikan dengan kanker payudara. Itu berkaitan dengan kandungan estrogen.
"Tapi perlu diingat, estrogen tidak hanya pada pil KB. Mulai awal menstruasi, perempuan juga sudah terpapar estrogen. Jadi risiko kanker payudara sudah meningkat sejak menstruasi pertama," katanya.
Dalam diskusi yang digelar RSPI pada Selasa (25/9/2018), Rachmawati mengatakan, semakin lama terpapar estrogen dalam hidupnya, risiko perempuan mengalami kanker payudara juga semakin tinggi.
Artinya, bukan hanya perempuan yang menggunakan pil KB saja, perempuan yang mengalami menstruasi pada usia lebih muda juga punya risiko lebih tinggi terkena kanker payudara.
"Jadi walaupun berkaitan, pil KB sebenarnya masih aman untuk digunakan, tidak perlu dihindari. Sama seperti perempuan juga tak perlu takut kalau menstruasi akan kena kanker," jelasnya.
Baca juga: Deteksi Kanker Payudara, Pemeriksaan Apa Sih yang Paling Tepat?
Untuk mengendalikan risiko, perempuan perlu melakukan pemeriksaan mandiri dan klinis lewat dokter secara teratur.
Selain itu, olahraga juga membantu mengendalikan risiko. Pada perempuan berusia di atas 20 tahun, olahraga intensitas sedang dan tinggi selama 75-150 menit per minggu akan menurunkan risiko kanker.
Nancy Keating, pakar kesehatan masyarakat dari Harvard Medical School juga mengatakan bahwa perempuan tidak peru khawatir menggunakan pil hormon karena dikaitkan dengan kanker payudara.
"Walaupun berkaitan, hal terpenting yang harus diingat adalah risikonya sangat-sangat kecil," katanya dalam rilis Harvard University pada Januari 2018.
Rachmawati menambahkan, perhatian utama perempuan sebenarnya harus diarahkan pada cara memperbaiki gaya hidup.
"90 persen kanker payudara itu terjadi akibat gaya hidup yang tidak sehat, seperti tidak pernah olahraga dan alkohol," katanya.
Perhatian ekstra hanya perlu pada perempuan yang kerabatnya memiliki riwayat kanker payudara. Mereka harus hati-hati dalam menggunakan kontrasepsi hormonal.
Bagi mereka yang punya riwayat kanker payudara, pemeriksaan genetik untuk mengetahui mutasi pada gen BRCA1 dan BRCA2 bisa dilakukan.
Baca juga: 6 Cara Mudah, Murah, dan Bisa di Rumah untuk Deteksi Kanker Payudara
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H