JAKARTA, KOMPAS.com — Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution meminta semua pihak bersabar dalam menanti dampak positif sejumlah kebijakan pemerintah yang ditempuh guna menstabilkan nilai tukar rupiah. Nilai tukar rupiah mengalami pelemahan hingga sempat menyentuh level Rp 15.000 per dollar AS pada Selasa (4/9/2018) kemarin.
"Sebenarnya kami tahu dari awal situasinya memang harus dilakukan langkah-langkah dan sudah dilakukan. Tapi, realisasi (dampaknya) memang tidak secepat yang diharapkan," kata Darmin seusai rapat di Badan Anggaran DPR, Rabu (5/9/2018).
Darmin menjelaskan, langkah yang diambil pemerintah pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan investasi serta mendorong laju ekspor. Dalam hal peningkatan investasi dan ekspor, pemerintah meluncurkan Online Single Submission (OSS) atau layanan perizinan berusaha terintegrasi secara elektronik.
"Saat kami launching OSS, message-nya mau mendorong investasi dan ekspor secepat-cepatnya sehingga kami menciptakan perizinan yang paling sederhana. Memang (yang mengajukan izin) sampai 1.000 (orang) per hari, tapi investasinya kapan masuk ke sini? Perlu waktu artinya," tutur Darmin.
Baca juga: Rupiah Melemah, Sejumlah Anggota DPR "Protes" ke Sri Mulyani
Selain OSS, pemerintah juga telah mengimplementasikan penggunaan bahan bakar nabati jenis biodiesel 20 persen atau B20 sejak 1 September 2018. Terhadap upaya ini, pemerintah juga belum bisa menjanjikan dampaknya akan langsung terasa dan bisa langsung menguatkan nilai tukar rupiah.
"B20 itu sudah bergerak, tapi secepat-cepatnya bergerak, respons di pasar tidak kalah cepatnya. Artinya perlu waktu," ujar Darmin.
Upaya lain yang tak kalah penting adalah menggenjot devisa dari sektor pariwisata. Terhadap upaya ini, pemerintah telah membuat skema khusus Kredit Usaha Rakyat (KUR) melalui keputusan Komite Pembiayaan pada Agustus 2018 lalu.
Melalui skema KUR khusus itu, pelaku UMKM yang bergerak di sektor pariwisata bisa mengajukan kredit dengan berbagai kemudahan dan bunga yang murah sehingga bisa mengembangkan industri pariwisata secara keseluruhan. Jika semua upaya ini berjalan dengan baik, harapannya defisit transaksi berjalan bisa terkendali dan neraca perdagangan sampai akhir tahun dapat kembali surplus.
Pulihnya posisi neraca perdagangan dan defisit transaksi berjalan yang terkendali menjadi faktor yang menguatkan nilai tukar rupiah dalam menghadapi gejolak perekonomian global, termasuk penguatan dollar AS.
Baca juga: Kondisi Ekonomi 2018 Disebut Lebih Buruk Dibanding 1998? Ini Faktanya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H