JAKARTA, KOMPAS.com - Calon wakil presiden Sandiaga Uno mengaku sempat kebingungan dengan julukan dirinya adalah santri di era post Islamisme yang diberikan oleh Presiden PKS Sohibul Iman pada saat diumumkan sebagai cawapres. Sohibul pada waktu itu menyebutkan koalisi ingin kepemimpinan nasionalis dan Islam dalam konsep dwi tunggal.
"Saya juga baru mendengar malam itu, karena saya tidak pernah di pesantren," kata Sandi dalam program Satu Meja The Forum di Kompas TV, Rabu (29/8/2018).
Ia mengungkapkan, kedekatan hubungannya dengan pesantren pada saat ia menjadi pembina program wirausaha santri bersama Himpunan Pengusaha Santri Indonesia di bawah naungan Nahdlatul Ulama.
Waktu itu, Sandiaga dan rekan-rekannya menyiapkan beberapa program pengembangan wirausaha di kalangan santri. "Tetapi Pak Sohibul Iman nyebutnya malam itu, saya juga cari-cari, apa itu? He-he-he," katanya.
Ia memaknai julukan tersebut sekaligus menjadi harapan agar mampu mengajak para santri untuk memperjuangkan semangat wirausaha di Indonesia.
Baca juga: Sandiaga: Harus Kerja Keras, Cerdas, Tuntas, dan Ikhlas...
Sohibul sebelumnya mengakui, dalam kacamata publik selama ini, Sandiaga tidak masuk dalam kategori santri. Namun, ia mengaku memiliki pandangan yang berbeda.
"Saya kira, beliau hidup dialam modern, tetapi beliau mengalami proses spiritualisasi dan Islamisasi. Saya bisa mengatakan, Saudara Sandi merupakan sosok santri di era post Islamisme," ujar Sohibul dalam jumpa pers bersama di depan kediamanan Prabowo di Kertanegara, Jakarta, Kamis (9/8/2018) malam.
"Mudah-mudahan dia benar-benar menjadi contoh pemimpin Muslim yang kompatibel dengan perkembangan zaman," tambah Sohibul.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H