JAKARTA, KOMPAS.com - Kereta api ringan atau light rail transit (LRT) rute Kelapa Ganding-Rawamangun sudah mulai diuji coba operasi pada Rabu (15/8/2018) kemarin. Direktur Utama PT Jakarta Propertindo Dwi Wahyu Darwoto menyatakan, selama masa uji coba hanya kalangan terbatas yang bisa mencicipi LRT Jakarta itu.
"Dalam waktu sebulan selama Asian Games ini kami coba, namanya uji coba terbatas, dan itu nanti penumpangnya pun terbatas karena ini kami concern terhadap safety juga," kata Dwi.
Kompas.com, bersama sejumlah awak media berkesempatan menjajal LRT Jakarta dari Stasiun Velodrome di Rawamangun, Jakarta Timur, ke Stasiun Boulevard Utara di Kelapa Gading, Jakarta Utara. Selama masa uji coba, kereta hanya berjalan mondar-mandir dari Stasiun Velodrome ke Stasiun Boulevard Utara.
Baca juga: Masa Uji Coba LRT Jakarta Digunakan untuk Sesuaikan dengan Perilaku Warga
Sejumlah stasiun yang lain, yaitu Stasiun Equestrian, Stasiun Pulomas, dan Stasiun Boulevard Selatan, masih dalam proses pengerjaan dan belum bisa digunakan.
Perjalanan terbilang cukup nyaman, tanpa ada gangguan. Waktu tempuh perjalanan bolak-balik sejauh kira-kira 8 kilometer sekitar 30 menit.
Kecepatan kereta selama masa uji coba ditetapkan sebesar 40 km/jam di trek lurus serta 25 km/jam saat berbelok dan hendak memasuki atau meninggalkan stasiun.
Direktur Utama LRT Jakarta Allan Tandiono mengatakan, angka itu ditetapkan untuk menjamin keamanan dan keselamatan penumpang.
Adapaun kecepatan masksimal yang bisa ditempuh kereta pabrikan Korea Selatan itu 80 km/jam.
"Pak Gubernur dan Dirut Jakpro selalu mengingatkan kami untuk hati-hati. Jangan ada safety yang terlewat. Untuk memitigasi itu semua, kami berusaha memastikan semua aman dulu baru meningkatkan kecepatan," kata Allan.
Penyesuaian perilaku
Masa uji coba yang akan dilakukan selama satu bulan merupakan sarana penyesuaian operasional LRT dengan perilaku warga Jakarta yang akan menjadi penumpangnya. Allan mengatakan, operasional LRT diatur berstandar internasional yang dikhawatirkan tidak sesuai dengan perilaku warga Jakarta.
Salah satunya adalah waktu dibukanya pintu kereta yang hanya 30 detik serta laju eskalator yang diatur lebih cepat dibanding eskalator pada umumnya.
"Kalau di sana (luar negeri), kan sudah puluhan tahun ada transportasi bagus seperti ini, kalau kita kan masih belajar. Itulah gunanya uji operasi," kata Allan.
Masa uji coba juga digunakan untuk memperoleh "jam terbang" sebanyak 2.000 jam demi memenuhi Izin Usaha Prasarana Perkerataapian dari Kementerian Perhubungan.
Dwi menargetkan, angka tersebut bisa dicapai dalam waktu dua hingga tiga bulan. Namum, ia ingin agar angka itu bisa dicapai dalam waktu yang lebih cepat.
"Kalau misalnya sehari 10 jam aja 200 hari, 200 hari itu hampir setahun, harus kita percepatlah," kata Dwi.
Corporate Secretary Jakpro Hani Sumarno menambahkan, angka 2.000 jam tersebut mesti diperoleh supaya kereta LRT dinyatakan 100 persen layak beroperasi. Saat ini kelayakannya baru mencapa 91 persen.
"Sebuah fasilitas dinyatakan ready untuk sampai tahap uji coba ini, untuk operasional cukup sampai 91 persen dan ini sudah sesuai jadwal," kata dia.
Baca juga: Menjajal LRT Jakarta dari Velodrome ke Kelapa Gading
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H