JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Badan Pusat Statistik Suhariyanto angkat bicara soal tudingan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto yang menyebut tingkat kemiskinan naik 50 persen. Sedangan data BPS pada Maret 2018 menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan berada pada level 9,8 persen, terendah sepanjang sejarah.
Suhariyanto mempertanyakan dasar Prabowo melontarkan pernyataan tersebut. Â "Angka dari mana dulu? Kan kalau ngomong harus pakai data," ujar Suhariyanto di Jakarta, Senin (30/7/2018).
Suhariyanto mengatakan, BPS mengacu pada metode yang digunakan Bank Dunia di mana garis kemiskinan pada angka 2,5 dollar AS. "Kalau cuma ngomong enggak pakai data agak susah, ya. Cek saja pakai data," lanjut dia.
Suhariyanto menegaskan, setiap penelitian harus menggunakan metode dan data yang baku. Sejak awal, BPS tak pernah mengganti metode penelitian mereka sehingga hasilnya pun akan sesuai dengan data yang ada meski tak selalu sempurna.
Baca juga: Ngabalin Sebut Kritik Prabowo Subianto soal Kemiskinan Menyesatkan
Ia memastikan bahwa penghitungan tingkat kemiskinan tersebut bukan karena kepentingan rezim yang berkuasa saat ini.
"Siapa pun presidennya, ada kenaikan, ada penurunan. Artinya BPS independen, tidak peduli presidennya siapa kalau memang naik ya naik," kata Suhariyanto.
Oleh karena itu, Suhariyanto meminta siapapun yang menyangsikan hasil penelitian BPS ataupun klaim lainnya soal angka kemiskinan, sebaiknya didasari dengan metode dan data yang menunjang.
"Semua orang kan bisa ngomong versinya masing-masing," kata dia.
Seperti diberitakan, dalam berbagai kesempatan Prabowo kerap melontarkan kritik terhadap pemerintah di bidang ekonomi.
Ia menyebut, berdasarkan hasil riset lembaga internasional, koefisien gini ratio Indonesia berada di angka 45. Artinya, 1 persen masyarakat menguasai 45 persen kekayaan nasional.