Mohon tunggu...
Kompas.com
Kompas.com Mohon Tunggu... Administrasi - Kompas.com

Kompas.com merupakan situs berita Indonesia terlengkap menyajikan berita politik, ekonomi, tekno, otomotif dan bola secara berimbang, akurat dan terpercaya.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Rupiah Terus Melorot, Merugikan ataukah Menguntungkan?

25 Juli 2018   06:18 Diperbarui: 25 Juli 2018   07:25 725
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi rupiah dan dollar AS

                              Oleh: Tommy Soesmanto

NILAI tukar rupiah mengalami guncangan yang signifikan pada tahun ini. Rupiah terus melemah terhadap dollar AS Amerika Serikat. Pada Mei lalu, rupiah menembus level psikologis Rp 14.000 per dollar AS, dan tercatat sebagai mata uang dengan kinerja terjelek kedua di Asia pada Februari sampai April 2018.

Bank Indonesia sebagai bank sentral telah mengintervensi dalam beberapa kesempatan melalui pembelian surat utang dan penjualan valuta asing untuk menjaga rupiah di level aman. Namun, tren rupiah tetap saja menurun. Pada 13 Juli 2018, rupiah berada pada kisaran Rp 14.400 per dollar AS.

Lewat tulisan ini, saya akan mencermati beberapa faktor yang menyebabkan turunnya nilai tukar rupiah sembari mengidentifikasi yang diuntungkan dan dirugikan dari pergerakan rupiah tersebut. Saya juga akan melihat prospek rupiah ke depan apakah nilai tukar rupiah akan menguat kembali.

Faktor internal dan eksternal

Salah satu faktor internal di balik turunnya nilai tukar rupiah adalah pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Indonesia yang kurang optimal dengan lambannya peningkatan konsumsi domestik.

Sebenarnya, tren pelemahan ke dollar AS tidak hanya terjadi pada rupiah, tapi juga terjadi pada mata uang negara Asia yang lain. Mengamati hal ini, pasti ada faktor-faktor eksternal juga yang melemahkan rupiah.

Faktor eksternal utama penyebab turunnya nilai tukar rupiah adalah langkah agresif dari Federal Reserve (the Fed) untuk menaikkan suku bunga di Amerika Serikat. Dari awal sampai pertengahan 2018, suku bunga di Amerika sudah naik dua kali.

Keputusan ini diambil untuk menekan laju inflasi di Amerika yang naik ketika negara adidaya tersebut semakin pulih dari krisis ekonomi global.

Kenaikan suku bunga di Amerika telah memicu para investor mengalihkan dananya dari aset-aset keuangan di negara berkembang seperti Indonesia. Investor ini kemudian memilih membeli aset-aset yang berbasis dollar AS.

Ketika ini terjadi, permintaan dollar AS di pasar akan meningkat, dan secara otomatis dollar AS akan menguat terhadap mata uang negara lain, termasuk rupiah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun