Mohon tunggu...
Kompas.com
Kompas.com Mohon Tunggu... Administrasi - Kompas.com

Kompas.com merupakan situs berita Indonesia terlengkap menyajikan berita politik, ekonomi, tekno, otomotif dan bola secara berimbang, akurat dan terpercaya.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ketum Muhammadiyah: Jangan Jadikan Masjid Pusat Politik Praktis

5 Juli 2018   12:52 Diperbarui: 5 Juli 2018   13:02 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) sekaligus Wakapolri Komjen Pol Syafruddin bersama Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Haedar Natsir di Jakarta, Kamis (5/7/2018).

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Natsir mengingatkan agar masjid jangan dijadikan pusat politik praktis dan tidak boleh dipolitisasi.

Muhammadiyah sejak awal menegaskan sikapnya tersebut.

"Muhammadiyah paling depan, sejak dulu untuk mengajak masyarakat tidak menjadikan masjid sebagai pusat politik praktis dan politisasi," kata Haedar di Pusat Dakwah Muhammadiyah, Jakarta, Kamis (5/7/2018).

Menurut Haedar, masjid memang sebuah wahana yang dapat menampung semua orang dengan keragamannya masing-masing.

Baca juga: Bertemu, Ini yang Dibicarakan Wakapolri dan Ketum PP Muhammadiyah

Akan tetapi, terkait politik praktis, hal tersebut bersifat kategoris, yakni apabila tidak memilih salah satu, maka akan memilih yang lain.

Oleh sebab itu, ia menyatakan, masjid tidak sepatutnya dipolitisasi dan menjadi pusat politik praktis.

Namun demikian, sebut Haedar, masjid harus menjadi sarana pendewasaan politik masyarakat.

"Jadikan masjid (sebagai) pusat pencerdasan, pendewasaan, dan pendidikan politik. Ini bedanya," jelas Haedar.

Ia berpandangan, penting untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat yang tidak tahu politik menjadi melek dan sadar politik.

Namun, pada saat bersamaan masyarakat memiliki keadaban politik. Di sinilah masjid dapat berperan untuk memberikan pendidikan politik.

Akan tetapi, pendidikan politik yang diajarkan haruslah mencerdaskan moral dan tidak berupa politik praktis.

"Dari masjid inilah pendidikan politik berjalan, tapi politik yang mencerdaskan, politik moral, dan bukan pada soal pendidikan politik praktis," sebut Haedar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun