JAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memastikan cadangan devisa masih sangat memadai dan jauh dari cukup dalam rangka menghadapi tekanan eksternal.
Salah satu tekanan eksternal yang perlu diantisipasi dampaknya terhadap Indonesia adalah kenaikan suku bunga The Fed yang diperkirakan dalam tahun ini akan terjadi sebanyak 4 kali.
"Cadangan devisa masih jauh dari cukup untuk mengantisipasi tekanan-tekanan eksternal tadi. Lebih dari cukup untuk membiayai impor dan utang luar negeri," kata Perry saat acara open house di kediamannya, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (15/6/2018).
Posisi cadangan devisa per akhir Mei 2018 tercatat sebesar 122,9 miliar dollar AS. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan posisi cadangan devisa pada akhir April 2018 sebesar 124,9 miliar dollar AS.
(Baca: Jaga Rupiah dan Bayar Utang, Cadangan Devisa Mei Tergerus 2 Miliar Dollar AS)
Adapun jumlah cadangan devisa per akhir Mei setara dengan pembiayaan 7,4 bulan impor atau 7,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
Penurunan cadangan devisa hingga akhir Mei utamanya dipengaruhi oleh penggunaan devisa untuk pembayaran utang luar negeri pemerintah dan stabilisasi nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang masih tinggi.
Meski ada ketidakpastian global, Perry meyakini pasar keuangan di Indonesia tetap menarik, didukung sejumlah kebijakan yang akan dihasilkan dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI mendatang.
"Langkah pre-emptive tadi akan membuat pasar keuangan kita akan tetap menarik dan lebih menarik dari negara-negara berkembang lainnya sehingga Indonesia jadi suatu pilihan yang kami harapkan cukup menarik bagi investor, khususnya investor asing," ujarnya.
Adapun RDG dijadwalkan 27 dan 28 Juni 2018. Fokus utama bahasan dalam RDG tersebut adalah dampak kebijakan bank sentral Amerika Serikat Federal Reserve (The Fed) berupa kenaikan suku bunga dan pengurangan quantitative easing pada September oleh European Central Bank (ECB).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H