Nama Daendels yang diterakan untuk jalur di selatan tersebut merujuk pada nama Augustus Dirk Daendels, asisten residen Ambal, wilayah pecahan dari Bagelen—sekarang masuk wilayah Kabupaten Purworejo—yang menjabat pada 1838.
Pemasangan nama baru tersebut memang sengaja dilakukan untuk meredupkan pamor Diponegoro dan memori tentangnya.
Informasi soal Daendels yang ini antara lain bisa didapat dari Almanak van Nederlandsch-Indië voor het jaar, terbitan 1839.
Untuk membedakan dengan Jalan Daendels yang membentang dari Anyer hingga Panarukan, pemerintah kolonial Hindia Belanda menyebut jalan Daendels selatan sebagai “Jalan Utama”.
Menyusuri Jalan Daendels yang ini, sama halnya dengan menguarkan memori yang kami koleksi usai menempuh perjalanan panjang 761 kilometer Tol Trans Jawa Jakarta-Pasuruan selama empat hari sebelumnya.
Teduh dirimbuni pepohonan di kiri dan kanan jalan. Trek lurus ditingkahi kelokan tajam, dan sedang serta turunan dan tanjakan, tak membosankan.
Aktivitas warga yang tengah bersepeda ontel, petani mencangking hasil garapan, serta penjaja sayur yang menyambangi satu rumah ke rumah lainnya seraya bercengkerama adalah keseharian yang mendamaikan.
Wajah-wajah bersahaja dengan senyum tulus, menyapa Tim Merapah Trans Jawa.
Tak hanya itu, sederet lokasi wisata pantai memesona siap menyambut para pemudik bila melalui jalur ini.