Versi lain menyebutkan, berdirinya bandara tersebut bersamaan dengan pembangunan tentara Belanda yang berpangkat mayor. Oleh karena itu, daerah itu bernama Kemayoran.
Pesawat yang pertama kali beroperasi adalah jenis DC-3 Dakota milik perusahaan Hindia Belanda.
Pesawat tersebut melakukan uji terbang perdana dari Cililitan pada 6 Juli 1940, sebelum Bandara Kemayoran diresmikan.
Awalnya, Bandara Kemayoran memiliki dua landasan pacu yang bersilangan, yaitu landasan pacu utara-selatan dan landasan pacu barat-timur.
Landasan pacu utara-selatan memiliki ukuran 2.475 x 45 meter, sedangkan landasan pacu barat-timur mempunyai ukuran 1.850 x 30 meter.
Untuk keperluan pertahanan keamanan
Pemerintah Belanda kala itu membangun Bandara Kemayoran untuk berbagai keperluan, terutama pertahanan keamanan dan dikuasai hingga 1942.
Penguasaan kemudian berpindah ke tangan Jepang sampai 1945. Ketika Jepang menyerah pada sekutu, Belanda kembali mengambil alih penguasaan bandara ini hingga 1949.
Sekitar tahun 1950, Direktorat Penerbangan Sipil milik Pemerintah RI mengambil alih penguasaan atas Bandara Kemayoran.
Baca juga: Bandara Kemayoran, Bakal Lokasi Bisnis...
Pada 1964, penguasaan diberikan kepada Angkasa Pura Kemayoran yang kemudian berubah menjadi Perum Angkasa Pura.