JAKARTA, KOMPAS.com - Putri Presiden keempat RI Abdurrahman Wahid, Yenny Wahid, punya pengalaman merasakan langsung atmosfir mencekam saat kerusuhan pecah di Jakarta menjelang Reformasi 1998.
Hingga kini, Yenny tidak bisa melupakan ingatan peristiwa 20 tahun silam tersebut. Sebab, apa yang terjadi ia rasakan sendiri saat itu.
"Memang pada waktu itu karena Gus Gur stroke, saya mengawal beliau kemana-mana. Tetapi saya juga punya pekerjaan pada waktu itu sebagai wartawan," ujar Yenny dalam acara Refleksi 20 Tahun Reformasi, Jakarta, Senin (21/5/2018).
Pada periode 1997-1999, Yenny merupakan koresponden koran terbitan Australia, The Sydney Morning Herald dan The Age. Tugasnya itu membuat dia harus melalukan reportase peristiwa kerusuhan jelang Reformasi.
Akibatnya, ia juga harus terkena gas air mata petugas keamanan untuk membubarkan kerumunan massa.
Baca juga: Setelah Reformasi, Uang Bergambar Soeharto Pun Ditolak Pedagang...
Bahkan, Yenny juga punya pengalaman tak enak lainnya, yakni ditodong senjata oleh petugas keamanan.
"Waktu itu ada sekelompok pasukan untuk mensterilkan di ring road Trisaksi. Setelah itu ada penembakan-penembakan yang terjadi. Saya pas di situ," kata Yenny.
"Tempat itu harus disterilkan jadi waktu itu saya diacungi senjata laras panjang di kepala saya. Siapa yang mengacungi senjata, itulah bagian dari proses reformasi," ujarnya.
Adapun, yang dimaksud Yenny telah menjalani proses reformasi adalah Angkatan Bersenjata RI atau ABRI. Kini setelah 20 tahun Reformasi, Yenny meyakini ABRI yang telah diganti menjadi TNI telah jauh berubah.
Bahkan setelah mendengarkan pidato Mayor Infantri (Purn) Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) di acara sama, ia mengaku terharu.
Baca: Perubahan TNI Setelah 20 Tahun Reformasi Menurut AHY
Bagi Yenny, apa yang diungkapkan oleh AHY terkait dengan reformasi di tubuh TNI, merupakan satu kalsium besar dalam peringatan 20 tahun Reformasi.
"Seperti beliau tadi bilang TNI ditarik-tarik, digoda mau diberikan panggung politik supaya kembali lagi ke politik praktis, tetapi ternyata TNI tidak mempan dengan rayuan gombal tersebut," kata Yenny.
"TNI tetap mengawal agenda reformasi dan agenda demokrasi di Indonesia. Ini pencapaian yang fenomenal dan harus kita berikan applause besar," ujarnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H