1. Disetujui Jokowi, Komando Operasi Khusus Gabungan TNI Aktif Kembali
Kepala Kantor Staf Presiden Moeldoko memastikan, Presiden Joko Widodo menyetujui pengaktifan kembali Komando Operasi Khusus Gabungan (Koopsusgab) untuk membantu Polri melaksanakan tugas pemberantasan terorisme.
Diketahui Koopsusgab merupakan gabungan personel TNI dari seluruh satuan elite yang ada di TNI, baik matra darat, laut, maupun udara.
"Untuk Komando Operasi Khusus Gabungan TNI, sudah direstui oleh Pak Presiden dan diresmikan kembali oleh Panglima TNI (Marsekal Hadi Tjahjanto)," ujar Moeldoko saat dijumpai di Kompleks Istana Presiden, Jakarta, Rabu (16/5/2018).
Pertama kali, Koopsusgab dibentuk saat Moeldoko menjabat sebagai Panglima TNI pada Juni 2015. Namun, beberapa waktu kemudian dibekukan.
Moeldoko melanjutkan, perbantuan Koopsusgab terhadap Polri dalam pemberantasan terorisme akan komandoi oleh Panglima TNI sendiri. Namun tetap berkoordinasi dengan Kepala Polri Jenderal Tito Karnavian.
"Tugas teknisnya seperti apa, nanti mengenai itu akan dikomunikasikan antara Kapolri dengan Panglima TNI," ujar Moeldoko.
Baca selengkapnya: Disetujui Jokowi, Komando Operasi Khusus Gabungan TNI Aktif Kembali
Baca juga: Jokowi Setujui Pengaktifan Koopsusgab TNI, Ini Tugas-tugasnya...
2. Kisah Anak Pelaku Bom Sidoarjo yang Tolak Ajaran Ayahnya Jadi Teroris
Ledakan bom menewaskan istri Anton, Puspitasari (47), dan anak perempuan mereka, HAR (17), terlebih dahulu, dan kemudian melukai ketiga anak yang lain. Anton kemudian tewas ditembak polisi yang datang ke lokasi.
Saat itu, Anton disebut membahayakan karena tengah memegang saklar bom di Blok B lantai 5 nomor 2 Rusunawa Wonocolo.
Tiga anak Anton lainnya selamat, yaitu AR (15), FP (11), dan GHA (10).
Kapolda Jawa Timur Irjen Machfud Arifin menuturkan, AR, satu dari empat anak Anton, menolak mengikuti doktrin orangtuanya untuk menjadi teroris.
Dia memutuskan untuk tidak seperti kakak dan adik-adiknya yang tidak bersekolah.
"Ada satu anak dewasa yang di Rusun Wonocolo itu menolak ikut ajaran dari orangtuanya," kata Machfud di Media Center Polda Jatim, Selasa (15/5/2018).
"Ia memilih untuk tetap bersekolah dan ikut dengan neneknya," tambahnya.
Machfud mengatakan, berdasarkan keterangan AR, sang ayah secara rutin memperlihatkan video jihad kepada mereka.
Baca juga: Kisah Anak Pelaku Bom Sidoarjo yang Tolak Ajaran Ayahnya Jadi Teroris
3. Sendirian, Tak Ada Keluarga yang Dampingi Putri Keluarga Pelaku Bom yang Selamat di RS
Dia adalah putri bungsu dari keluarga pelaku ledakan bom di depan markas polisi di Jalan Sikatan di Krembangan, Kota Surabaya, Jawa Timur, itu.
Ais terlempar saat bom yang dibawa keluarganya dengan dua sepeda motor itu meledak di depan para polisi yang berjaga. Ayah, ibu, dan dua saudaranya dinyatakan tewas di tempat.
Dalam kondisi terluka, dia buru-buru digendong oleh Kasatresnarkoba Polrestabes Surabaya AKBP Roni Faisal Saiful Faton dan dibawa ke rumah sakit. Hingga kemarin, dia menjalani perawatan intensif di RS Bhayangkara.
"Secara fisik sudah baik, cuma tangannya yang bekas dioperasi, sedangkan yang lain-lainnya sudah stabil," ungkap Lita Machfud, istri Kapolda Jatim Irjen Machfud Arifin, seusai menjenguk korban ledakan bom yang dirawat di RS Bhayangkara bersama ibu-ibu Bhayangkari, Selasa (15/5/2018).
Lita menuturkan, selama dirawat, tidak ada satu pun keluarga yang mendampingi Ais.
Baca selengkapnya: Sendirian, Tak Ada Keluarga yang Dampingi Putri Keluarga Pelaku Bom yang Selamat di RS
Baca juga: Terlempar Saat Ledakan, Anak Pelaku Bom Mapolrestabes Surabaya Selamat
4. Kronologi Penyerangan Mapolda Riau, 4 Pelaku Turun dengan Pedang
Kapolda Riau Irjen Pol Nandang mengatakan bahwa peristiwa ini bermula dari datangnya sebuah mobil Avanza berwarna putih yang hendak menerobos masuk di pintu gerbang masuk Mapolda Riau. Mobil itu lalu menabrak polisi yang menghadang di pintu masuk pemeriksaan.
"Jadi mobil itu masuk, lalu 4 orang turun dengan menggunakan pedang. Mobil jalan lalu keluar dan kemudian ditinggal. Tersangka melarikan diri dan kami sedang melakukan pengejaran," tuturnya ketika diwawancarai oleh TVOne.
Akibat peristiwa ini, 4 orang menjadi korban, satu polisi tewas dan 3 orang lainnya luka-luka, termasuk jurnalis.
"Empat orang gunakan pedang tajam, sudah disiapkan, betul-betul tajam. Dua anggota kena tebas di leher, alhamdulillah selamat. Satu kena di tangan, satu luka ringan dari reporter TV One dan satu orang anggota saya ditabrak dan pada saat dibawa ke RS dalam kondisi luka berat dan baru saja meninggal dunia," ungkapnya.
Sementara itu, Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Setyo Wasisto menyampaikan hal serupa. Menurut dia, para pelaku yang berjumlah 4 orang menyerang polisi dengan pedang.
Baca selengkapnya: Kronologi Penyerangan Mapolda Riau, 4 Pelaku Turun dengan Pedang
Baca juga:
Terduga Teroris Riau Sempat Rencanakan Serangan ke Mako Brimob
Terduga Teroris Riau Kelompok NII, Berafiliasi ke ISIS
5. Admin Grup WhatsApp Dipersulit Masukkan Nomor yang Sudah Keluar
Nah, untuk mencegah hal tersebut, WhatsApp pekan ini menambah fitur proteksi untuk mempersulit proses admin WhatsApp mengundang ulang anggota grup yang sudah keluar berkali-kali.
Sebuah prompt baru kini muncul ketika admin WhatsApp berusaha mengundang (invite) member yang sudah lebih dari dua kali meninggalkan grup (left group).
“Anda tak bisa menambahkan (nama orang yang diundang) karena dia belakangan sudah meninggalkan grup. Coba lagi di kemudian waktu,” bunyi pesan tersebut.
Tak dijelaskan berapa lama waktu yang diperlukan sebelum mantan anggota grup WhatsApp bisa diundang lag
Baca juga: Admin Grup WhatsApp Dipersulit Masukkan Nomor yang Sudah Keluar
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H