“Jadi dibuatkan semacam kandang supaya aman ketika dirawat dan dicek,” ujar Adriani.
Kandang ini biasanya berupa pasak-pasak kayu dan jaring yang mengelilingi area perairan yang luas. Ada beberapa celah bagi duyung bila ia ingin keluar.
Akan tetapi, kandang semacam itu masih riskan apabila berada di laut. Adriani pernah memiliki pengalaman telah merawat dan menyembuhkan bayi duyung, tetapi hewan tersebut kemudian meninggal karena daya jelajahnya yang masih kurang sehingga tidak bisa mencari tempat berlindung dari badai.
Idealnya, kolam rehabilitasi bagi bayi duyung yang terdampar berupa bangunan fisik yang dilengkapi dengan perawatan intensif 24 jam seperti Neonatal Intensive Care Unit (NICU) bagi manusia. Lebih bagus lagi bila areanya berada di pinggir laut, kata Adriani.
5. Air mata
Seperti manusia, duyung juga bisa mengeluarkan air mata seperti menangis. Namun, air mata yang keluar ini bukan karena duyung merasa sedih.
“Sebetulnya, air mata duyung itu adalah lubrikasi karena pada saat duyung berada di darat, tekanan cairan matanya jauh lebih berat dari yang ada di luar sehingga terjadi osmosis. Otomatis, air matanya menetes,” kata Adriani.
Baca juga : Jalan Pertobatan Pemburu Duyung dari Desa Air Glubi
Sayangnya, masih banyak orang yang percaya bahwa air mata duyung memiliki kekuatan sebagai pengasih atau pelet. Mitos yang secara ilmiah tidak ada kebenarannya ini membuat duyung sering kali diburu oleh manusia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H