Di sana, Huang Hua belajar bahasa, sedangkan Tjandra mengikuti sekolah di penerbangan. Setelah lulus, keduanya pulang ke Indonesia.
Setelah puluhan tahun hidup di Indonesia, Huang Hua sudah akrab dengan masakan Indonesia. Dia menyukai rendang, rawon, ayam goreng hingga nasi kuning.
"Kalau masak masakan Jawa belum bisa. Tapi kalau masakan China bisa dan enak," ungkap Tjandra.
Tak hanya soal lidah, beberapa waktu lalu, Huang Hua diajak oleh Tjandra untuk ikut bermain ketoprak berjudul "Rebut Kuasa" pada perayaan Imlek 2018. Tjandra berperan sebagai Jagawara dan Huang Hua memerankan istri Jagarawa.
Tjandra menerima tawaran main ketoporak yang dimainkan warga keturunan Tionghoa itu setelah ada permintaan Pemkab Klaten.
Sekian lama meninggalkan dunia bulu tangkis, Huang Hua tak menampik bahwa dia rindu mengayunkan raket. Dia juga mengaku sempat ditawari menjadi pelatih tunggal putri Indonesia. Namun ditolaknya.
Bagi Huang Hua, melatih sebuah tim butuh totalitas waktu dan pikiran. Dia akhirnya menolak karena mempertimbangkan perannya sebagai ibu rumah tangga dengan tiga anak.
"Setelah saya bicara dengan suami dan anak-anak, bila saya jadi pelatih saya harus ke Jakarta. Semua waktu harus fokus melatih, makanya bagi saya sangat berat. Apalagi bisnis suami saya semuanya di sini," kata Huang Hua.
Menurut dia, menjadi pelatih tidak bisa sambilan. Seorang pelatih yang baik harus mendedikasikan waktu dan tenaganya secara penuh untuk melatih pemainnya menjadi yang terbaik.
"Semua pelatih yang saya lihat penuh dengan dedikasi dan tidak bisa bekerja sambilan. Jadi pelatih juga harus mengikuti seluruh perkembangan pemain," ungkap Huang Hua.