JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo resmi memasuki masa pensiun pada Sabtu (31/3/2018). Kini, peluang Gatot untuk berkiprah di kancah politik terbuka lebar.
Gatot Nurmantyo mulai santer dibicarakan sejak kemunculannya dengan kopiah putih saat mengamankan aksi protes terhadap mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama pada 2 Desember 2016, yang dikenal dengan sebutan Aksi 212.
Pilihan Gatot untuk mengenakan kopiah putih saat itu sempat menjadi perbincangan di media. Pasalnya, warna putih saat itu identik dengan atribut peserta aksi. Sementara itu rombongan Presiden Joko Widodo beserta Wakil Presiden Jusuf Kalla justru mengenakam peci hitam.
Dalam rombongan tersebut, hanya Gatot selaku pejabat negara yang mengenakan kopiah putih, yang juga banyak dikenakan oleh peserta aksi.
(Baca juga: 8 Kontroversi Panglima Gatot yang Dinilai Politis Versi Kontras)
Menanggapi isu tersebut Gatot, menjawab hal itu dilakukan untuk menekan psikologi massa yang berkecamuk. Menurut dia, dengan mengenakan kopiah putih, peserta aksi akan merasa petugas keamanan yang terdiri dari Polri dan TNI juga bagian dari mereka.
Saat berembus isu makar terhadap Presiden, Gatot juga membantah bila gelombang protes dalam Pilkada DKI Jakarta 2017 mengarah ke sana. Ia menilai peserta aksi dalam menyampaikan protesnya selalu dengan tertib dan damai.
Dia pun merasa tersinggung dengan adanya informasi yang berkembang di masyarakat, yang mengaitkan aksi umat Islam dengan upaya kudeta pemerintahan Presiden Jokowi.
"'Kudeta Presiden Jokowi', saya agak tersinggung kata-kata itu, karena saya umat Islam juga," ujar Gatot dalam talkshow "Rosi" yang tayang di Kompas TV, pada 4 Mei 2017.
"Buktinya aksi 411, 212, aman, damai, dan tertib," kata mantan Kepala Staf Angkatan Darat itu.
(Baca: Panglima TNI Tersinggung Aksi Umat Islam Dikaitkan Upaya Kudeta)