Mohon tunggu...
Kompas.com
Kompas.com Mohon Tunggu... Administrasi - Kompas.com

Kompas.com merupakan situs berita Indonesia terlengkap menyajikan berita politik, ekonomi, tekno, otomotif dan bola secara berimbang, akurat dan terpercaya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kisah Mas Rinto, Tukang Bakso Berdasi yang Terinspirasi James Bond

8 Maret 2018   08:16 Diperbarui: 8 Maret 2018   08:40 551
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rinto dengan berpakaian ala direktur keliling mendorong gerobaknya menjajakan bakso.

MAKASSAR, KOMPAS.com - Seorang penjual bakso keliling di Kota Makassar bernama Rinto Daeng Sitaba (32) mendadak ramai diperbincangkan karena penampilannya.

Pasalnya, setiap hari, dia mendorong gerobak menjajakan bakso dengan penampilan layaknya pegawai kantoran, yaitu dengan mengenakan kemeja, celana kain hingga jas, dasi dan sepatu pantofel.

Warga Jl Tanggul Patompo ini bahkan selalu terlihat rapi dan bersih saat menjajakan baksonya setiap hari.

Rinto sumringah ketika ditanya alasannya selalu berpakaian seperti pekerja kantoran saat berkeliling menjual bakso. Dia mengaku sangat senang berpenampilan seperti itu.

(Baca juga: Digerebek, Kapolsek Tepergok Selingkuhi Istri Anak Buahnya Sendiri)

Apalagi, para langganannya juga ikut senang membeli bakso karena pedagangnya bersih dan rapi.

"Saya memang suka bersih dan rapi. Ini juga saya terinspirasi dengan gayanya James Bond. Itu idolaku sejak kecil hingga kini. Semua film-film James Bond yang versi dulu sampai sekarang sudah saya nonton berulang-ulang kali," ungkapnya saat ditemui di rumah sepupunya yang juga menjadi tempat tinggalnya, Rabu (7/3/2018).

Rinto mengaku, sudah berpenampilan seperti ini sejak lama. Pria yang sudah berjualan bakso selama 18 tahun ini merasa tidak semangat berdagang jika tidak bersih dan rapih.

Bukan tanpa sebab. Menurut Rinto, sejak kecil, dia dididik oleh almarhum ibunya, Bambo Daeng Rannu, untuk selalu rapi sejak masih duduk di bangku kelas 3 SD.

Rinto mengenang, ibunya sebenarnya ingin dia menjadi tentara sehingga profesi itu juga menjadi cita-citanya. Namun, karena sang ibu sudah meninggal dunia sejak dia kecil, kandas pulalah cita-citanya.

Anak kedua dari bersaudara ini terpaksa hidup menumpang di rumah keluarganya dan harus memutar otak untuk hidup dari hari ke hari.

"Waktu kecil, ibu selalu elus-elus kepalaku dan mengatakan kamu jadi tentara ya, Nak. Tapi cita-cita itu kandas, karena saya putus sekolah dan harus mengurus diriku sendiri. Sedangkan saudara-saudaraku yang lain, terpencar menumpang di rumah keluarga yang lain. Ada sama nenek dan ada pula di keluarga yang lain," tuturnya.

(Baca juga: Pengantin Diminta Bayar Rp 120 Juta untuk Pakai Helikopter Polisi)

Sepeninggalan ibunya, Rinto pun putus sekolah dan tinggal bersama kakak sepupunya, Nawir Daeng Lau. Sementara itu, ayahnya, Daeng Nuntung, yang berprofesi sebagai tukang becak, telah menikah lagi dan tinggal bersama istri keduanya.

Awalnya, sang ayahlah yang mempunyai bisnis bakso keliling yang dijalankan oleh Rinto dan 6 rekannya yang lain. Namun, karena kondisi kesehatan Daeng Lau kurang memadai, Rinto yang diminta pergi berbelanja di pasar hingga membantu membuat bakso.

"Kalau saya membuat bakso, pakai topi dan pakai celemek. Pokoknya saya jaga kebersihan dagangan saya. Sampai saya jualan keliling, saya tetap berpakai bersih dan rapi seperti ini," katanya.

Bersambung ke halaman dua: 1 jam bersolek

1 jam bersolek

Dalam berpenampilan rapi dan bersih setiap hari, tentu saja Rinto harus mempersiapkannya dengan baik. Rinto mengaku, mempersiapkan dirinya, mulai mandi sampai bersolek selama hampir satu jam.

Pakaian dan aksesori yang dipakai adalah milik sendiri, dibelinya dari hasil tabungannya.

"Pakaian, sepatu, topi, dasi dan lainnya ini saya beli dari hasil jualan bakso yang setiap hanya disisipkan di celengan. Saat berdandan, banyak pembeli bakso yang sudah berteriak-teriak di depan rumah. Tapi biasa kakak sepupuku itu yang melayani (mereka) jika saya berdandan," tuturnya.

Saat memulai keliling dengan gerobaknya berpenampilan ala pegawai kantoran, pelanggannya mulai suka berteriak-teriak memanggilnya 'Mas Rinto'. Bahkan kerap pula pelanggannya bertanya soal pakaian koboi Rinto.

(Baca juga: Nasi Kotak Sebabkan 150 Orang Keracunan, Pemilik Pesta Minta Maaf)

Sore itu, Rinto tengah mempersiapkan dagangan baksonya dengan berpenampilan unik seperti koboi. Menurut Rinto, topi koboi digunakannya untuk menghindari adanya kotoran atau rambut yang jatuh di makanan dagangannya.

Ternyata Rinto memiliki mempunyai banyak koleksi topi koboi yang setiap hari digunakannya menyiapkan dan menjajakan bakso dagangannya. Selain koleksi topi koboi, Rinto juga mempunyai banyak koleksi sepatu kulit yang biasa pekerja kantoran.

Semangkok bakso yang dijajakan Rinto dihargai Rp 5.000 hingga Rp 10.000.

Rinto memberi kesempatan mencicipi bakso jajaannya. Baksonya terasa enak. Kuahnya mempunyai khas tersendiri, agak kental dan gurih dengan tambahan bumbu kacang.

Dia juga memberi empat jenis bakso dalam semangkok, yaitu bakso tenis, bakso ranjau yang berisi cabai, bakso berisi telur dan ada pula bakso berisi hati ayam.

Rinto bersyukur, banyak pembeli yang menyukai baksonya dan juga penampilannya. Dia selalu menunggu saat berkeliling mendorong gerobaknya dengan kemeja dan dasi, bahkan jas dan sepatu pantofel.

"Mas Rinto, satu mangkok bakso ya...."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun