Mohon tunggu...
Kompas.com
Kompas.com Mohon Tunggu... Administrasi - Kompas.com

Kompas.com merupakan situs berita Indonesia terlengkap menyajikan berita politik, ekonomi, tekno, otomotif dan bola secara berimbang, akurat dan terpercaya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tahun Ini, Ekonomi Indonesia Berskala 1 Triliun Dollar AS

19 Januari 2018   13:14 Diperbarui: 19 Januari 2018   15:00 401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana deretan gedung bertingkat tingkat tinggi atau high rise di Jakarta Pusat, Senin (9/1/2017). Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) memperkirakan pertumbuhan ekonomi nasional pada tahun 2017 mencapai kisaran 5,1 hingga 5,3 persen.

Kepala ekonom PT Bank CIMB Niaga Tbk Adrian Panggabean menyatakan, ekonomi Indonesia pada tahun 2018 berskala 1 dollar AS. Dengan demikian, ekonomi Indonesia pada tahun 2018 ini memasuki status yang baru.

 Adrian menyebut, status tersebut adalah sebagai negara dengan produk domestik bruto (PDB) bernominal 1 triliun dollar AS.

 "Hanya ada 16 dari 180 negara di dunia yang memiliki output di atas 1 triliun dollar AS. Bila dijumlahkan, total PDB keenambelas negara tersebut mencapai hampir 60 triliun dollar AS," ujar Adrian dalam laporannya, Jumat (19/1/2018).

 Angka tersebut mencakup 75 persen dari total output perekonomian dunia. Ditambah dengan besarnya luas wilayah dan jumlah penduduk, maka Indonesia menjadi negara dengan bobot geoekonomi dan geopolitik yang semakin besar.

Baca juga : Harga Minyak Dunia Naik, Ekonomi Indonesia di 2018 Lebih Menantang

 Adrian dan timnya memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2018 ini mencapai 5,2 persen. Ia berpandangan, tidak banyak katalis pertumbuhan yang diharapkan dapat muncul pada tahun ini.

 Pertama, postur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Dengan defisit fiskal yang diperkirakan sebesar 2,3 persen dari PDB, maka APBN terlihat lebih konsolidatif dan populis, ketimbang ekspansif dan populis.

 Kedua, katalis moneter pun kemungkinan tidak akan banyak muncul. Dengan kemungkinan kenaikan suku bunga acuan Fed Fund Rate sebanyak 2-3 kali, jarak imbal hasil antara aset Indonesia dengan AS akan menjadi lebih sempit.

Baca juga : 56 Persen Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Disumbang oleh Konsumsi

 "Ini bisa mempersulit Bank Indonesia (BI) untuk menginjeksi katalis moneter ke dalam perekonomian," jelas Adrian.

 Adapun laju inflasi pada tahun 2018 diperkirakan mencapai 3,5 persen. Adrian menyebut, di bawah asumsi tidak ada kenaikan harga-harga barang yang dikendalikan pemerintah (administered prices), stabilnya nilai tukar rupiah, dan stabilnya harga beras, maka rerata tahunan inflasi diperkirakan mencapai 3,5 persen.


 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun