Mohon tunggu...
Kompas.com
Kompas.com Mohon Tunggu... Administrasi - Kompas.com

Kompas.com merupakan situs berita Indonesia terlengkap menyajikan berita politik, ekonomi, tekno, otomotif dan bola secara berimbang, akurat dan terpercaya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Via Vallen, Nella Kharisma dan Disrupsi Dangdut Koplo

15 Januari 2018   07:29 Diperbarui: 15 Januari 2018   08:39 1798
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Via Vallen berpose di sela acara HUT Indosiar ke-23 di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta Pusat, Kamis (11/1/2018).

Lagu koplo dari dua penyanyi ini terus direproduksi dengan berbagai versi. Jika ada yang kurang sreg, dibuatlah versi lainnya. Ada yang membuat cover dengan iringan piano, hingga versi reggae. Semakin banyak direproduksi, lagu tersebut makin menjawab kehendak konsumen. Dan hasilnya menjadi luar biasa!

Sektor Lain

Inilah dangdut koplo, yang belakangan ini berhasil mendobrak industri musik Indonesia dengan segenap pembaruannya. Dengan berbagai fenomena yang mengiringi kehadirannya, tak berlebihan kiranya dikatakan bahwa koplo telah melakukan disruption di salah satu sektor industri di Indonesia.

Berbicara mengenai disrupsi,  selain memunculkan pemain-pemain baru, disrupsi juga menimbulkan korban. Korban yang dimaksud adalah pihak-pihak yang ditinggalkan konsumen karena mereka tak melakukan perubahan sama sekali.

Mengutip Rhenald Kasali (2017), disrupsi  terjadi di berbagai bidang kehidupan. Saling kait-mengait, baik pemerintahan, politik, hingga sosial. Hal ini kemudian memunculkan turbulensi. Dan yang berbahaya dari kondisi ini bukanlah turbulensi itu sendiri, melainkan mereka yang bertindak dengan yesterday’s logic.

Mereka yang masih menggunakan pola pikir lama, hampir dipastikan menjadi korban dari disrupsi yang terjadi. Tak hanya di sektor hiburan, namun juga di sektor lainnya.

Di ranah industri yang lebih luas, kita bisa melihat begitu banyak perusahaan yang kelimpungan karena ditinggalkan konsumennya ketika hadir produk baru yang jauh lebih baik dan dengan harga lebih murah.

Seperti yang terjadi pada trend penggunaan transportasi di Jakarta belakangan ini. Mungkin bisa dikatakan saat ini ojek online menjadi pilihan banyak orang ketimbang angkot ataupun ojek pangkalan. Selain praktis dalam hal pemesanannya, ada standard tarif yang dikenakan kepada konsumen.

Pengemudi Go-Jek di kawasan Palmerah, Jakarta Pusat, Senin (2/11/2015).
Pengemudi Go-Jek di kawasan Palmerah, Jakarta Pusat, Senin (2/11/2015).
Inilah yang disebut oleh Clayton Christensen (1997) bahwa disrupsi menggantikan pasar lama dengan suatu kebaruan yang lebih efisien dan menyeluruh.

Termasuk dalam dunia politik. Akan sangat mungkin disrupsi akan merambah ranah tersebut untuk menggantikan pola-pola transaksional yang tak dikehendaki publik.

Partai politik yang masih menerapkan pola-pola lama seperti mengusung calon yang tak kompeten hingga proses politik berbiaya tinggi, bersiaplah menjadi korban dari disruption.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun