"Saya rasa ada kalanya saya penasaran, tapi tidak pernah saya besar-besarkan," ungkapnya.
Suatu saat, ketika didera penasaran luar biasa, dia berusaha mengetahui dokumen tentang sejarah kelahirannya. Arsip-arsip itu diletakkan di bagian rak paling atas di salah-satu ruangan rumahnya.
"Saya ingat ketika kanak-kanak, saya menarik kursi, memanjat, seperti mencoba mencapainya, dan saya ingin membukanya, dan membacanya. Saya ingat, saya beberapa kali melakukannya," Kati mencoba mengingat lagi.
Dokumen penting yang ingin diketahui Kati adalah catatan berbahasa China yang ditinggalkan orangtua kandungnya. Kelak dia akhirnya memahami catatan yang berisi harapan orangtuanya yang ingin bertemu dirinya saat dia berusia 10 atau 20 tahun.
'Saya tetap menunggu di jembatan itu'
Sementara itu di Hangzhou, Lida dan Fengxian menjelaskan alasan yang melatari mereka menuliskan catatan yang kemudian diletakkan di atas bayi yang ditinggalkan itu.
"Saya pikir orangtua angkatnya tidak akan mengijinkan kita melihatnya dalam rentang dua, tiga, atau lima tahun," ungkap Lida.
Pada secarik kertas itu, Lida dan istrinya menuliskan bahwa mereka terpaksa meninggalkan bayi itu karena tidak ada pilihan lain. "Karena kemiskinan dan masalah lainnya, kami tidak punya pilihan selain meninggalkan gadis kecil kami di jalan."
"Aparat berwenang mengejar kami," ungkapnya. Itulah sebabnya, mereka memutuskan untuk melahirkan bayinya sendiri. "Saya memotong tali pusarnya dengan gunting."
Dan setelah bayi itu lahir dan diberi nama Jingzhi, "kami tidak dapat menemukan orang yang kami kenal untuk mengadopsinya."