Baca Juga: Lubang Hitam Raksasa Ditemukan di Dekat Pusat Bima Sakti
Tepat setelah Big Bang, alam semesta adalah semacam "sup purba" yang gelap dan panas dalam skala kosmik, serta berkembang dengan cepat.
Saat meluas, semesta kemudian mendingin dan menyebabkan proton dan neutron mulai bergabung menjadi atom hidrogen terionisasi. Sekitar 240.000-300.000 tahun setelah Big Bang, atom hidrogen ini menarik elektron hingga menjadi hidrogen netral.
Pada titik ini, cahaya bisa berjalan bebas melalui alam semesta karena tak ada lagi elektron bebas.
Tapi hal tersebut tidak akan terjadi sampai gaya antara bintang pertama dan galaksi dalam ruang kosong yang penuh hidrogen. Saat itu cahaya dari bintang ini muncul. Tak lama sesudahnya, berdasar teori modern, hidrogen netral akan tertarik ke wilayah gravitasi dari bintang baru tersebut atau galaksi baru, quasar atau juga bisa kombinasi ketiganya.
Proses reionisasi hidrogen netral dimana membelahnya menjadi proton dan elektron, terjadi di  Semesta ini. Sekitar 1 miliar tahun setelah Big Bang, proses reionisasi tersebut selesai.
Tapi tepat ketika Epoch of Reionisation dimulai, mekanisme terperinci itu sulit dipastikan.
"Reionisasi adalah transisi besar terakhir Semesta, dan ini adalah salah satu batas arus dalam astrofisika," kata Bañados.
Di sinilah J1342 + 0928 masuk. Analisis cahaya menunjukkan bahwa proporsi yang signifikan dari ruang di sekitar itu masih hidrogen netral, 690.000 tahun setelah Big Bang.
Hal ini berarti reionisasi mungkin terjadi agak lambat dalam masa kehidupan Semesta.
Dalam ilustrasi di atas, kita dapat melihat gambaran skematis dari apa yang dapat kita pelajari dari hasil quasar baru ini: pengamatan menggunakan salah satu teleskop Magellan (kiri bawah) memungkinkan kita untuk merekonstruksi informasi tentang Zaman Reionisasi ("gelembung" setengah kanan) yang mengikuti Big Bang (kanan atas).