Mohon tunggu...
Kompas.com
Kompas.com Mohon Tunggu... Administrasi - Kompas.com

Kompas.com merupakan situs berita Indonesia terlengkap menyajikan berita politik, ekonomi, tekno, otomotif dan bola secara berimbang, akurat dan terpercaya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mari Pahami Efek Mematikan Difteri

9 Desember 2017   23:15 Diperbarui: 9 Desember 2017   23:17 5047
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Anak Disuntik

Jenis kedua ini menyebabkan rasa sakit khas, kemerahan dan pembengkakan yang terkait dengan infeksi kulit bakteri lainnya. Ulkus yang ditutupi oleh membran kelabu juga dapat terjadi pada difteri kulit. Difteri sering terjadi di daerah beriklim tropis, terutama di kalangan orang-orang dengan tinggal di lingkungan dengan tingkat kebersihan yang buruk dan padat.

Difteri juga banyak menyerang mereka yang tidak pernah mendapatkan imunisasi. Difteria jarang terjadi di Amerika Serikat dan Eropa Barat, di mana petugas kesehatan telah memberi vaksin difteri kepada masyarakat sejak anak-anak. Sebaliknya, difteri masih umum terjadi di negara berkembang di mana tingkat imunisasi rendah.

Sebelum antibiotik tersedia, difteri adalah penyakit yang umum terjadi pada anak kecil. Saat ini, penyakit ini tidak hanya bisa diobati tapi juga bisa dicegah dengan vaksin. Indonesia sudah melaksanakan program imunisasi-termasuk imunisasi difteri sejak lebih dari lima dasawarsa lalu.

Vaksin untuk imunisasi difteri ada tiga jenis, yaitu DPT-HB-Hib, vaksin DT dan vaksi Td yang diberikan pada usia berbeda. Umumnya, vaksin difteri dikombinasikan dengan vaksin tetanus dan batuk rejan (pertusis).

Vaksin tiga dalam satu ini dikenal sebagai vaksin difteri, tetanus dan pertusis.  Vaksinasi  diberikan melalui suntikan di lengan atau paha, diberikan pada anak-anak pada usia dua, empat dan enam bulan, 15 sampai 18 bulan dan empat sampai enam tahun.

Imunitas terhadap difteri berkurang seiring waktu, dan suntikan booster lebih lanjut mungkin diperlukan. Suatu program vaksin yang mengandung difteri direkomendasikan untuk siapa saja yang belum pernah divaksinasi.

Tiga dosis diberikan pada interval bulanan dan dua dosis penguat lebih lanjut diberikan 10 tahun terpisah. Difteri, tetanus dan pembekuan batuk rejan direkomendasikan untuk orang dewasa berusia 50 tahun ke atas dengan dosis sesuai resep dokter.

Pemberian vaksinasi difteri mungkin bisa menyebabkan beberapa efek samping. Beberapa anak mungkin mengalami demam ringan, demam, kantuk atau nyeri di tempat suntikan. Tanyakan kepada dokter apa yang dapat Anda lakukan untuk meminimalkan atau mengurangi efek ini.

Baca juga : Ingat, Ada Imunisasi Difteri di 3 Provinsi Ini pada 11 Desember 2017

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun