Baca juga : Benarkah Harimau Jawa Belum Punah?
“Kehilangan pohon juga bikin bekantan tidak bisa melompat. Jika jarak pohon lima meter, lompatya tidak sampai dan akhirnya jatuh,” kata Hadi.
Cerita perburuan bekantan dikisahkan oleh Abdurahman, warga Desa Pematang Gadung, Kecamatan Mata Hilir Selatan, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat. Rabu (29/11/2017) pekan lalu. Dia sempat berbincang dengan salah seorang pemburu di Pontianak.
Sekali beburu di akhir pekan, hasilnya secara rata-rata bisa berupa 10 bekantan, lima makaka, tiga lutung, dan satu babi. Selain itu, hewan lain yang tertangkap dianggap bonus.
Namun, jumlah itu sebelunya telah menurun sejak tahun 2015. Sebelumnya, 20 bekantan bisa didapatkan dalam sekali perburuan.
“Menurut dia, alasan yang paling besar adalah adanya pemburu lain yang ikut berpartisipasi. Jadi mereka berebut lahan. Kalau sepekan 10, setahun ada 520 bekantan yang dia tembak. Itu baru satu orang. Belum pemburu lain,” kata Abdurahman.
Baca juga : Panda Tak Lagi Terancam Punah, Bagaimana China Melakukannya?
Peneliti WWF, Chairul Seleh, bercerita bahwa pihaknya pernah menangani landskap di Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat seluas 19.000 ha.
Di sana terdapat 50 titik perjumpaan bakantan. Namun, terjadi penurunan populasi sebesar 50 persen dalam 10 tahun terakhir akibat perburuan.
“Kami dengar ada yang melakukan perburuan bekantan di Kubu Raya. Ada juga temuan dari landskap Kubu Raya, ternyata daging bekantan itu jadi umpan yang efektif untuk berburu labi-labi,” kata Chairul.
Menanggapi fenomena itu, Direktur Jenderal Konservasi dan Sumber Daya Alam, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Wiratno, mengatakan akan segera meninjau ke lapangan dan melakukan sosialisasi status perlindungan bekantan.