Ke sanalah nilai paket mengikuti trekking dan pendakian, menjadi tantangan tersendiri. Ketinggian bukit tak seberapa, hanya sekitar 400 meter. Namun, untuk sampai ke sana memerlukan waktu hingga 3 jam. Ini lantaran rute trekking yang terjal dan di sekelilingnya masih alami.
"Ugh ini pengalaman yang menyenangkan," kata Irene Van Steenberge, pelaku tour operator dari Belanda.
Bukan hanya itu, tantangan alam lain yang ditawarkan adalah mengikuti arung jeram, di derasnya aliran Sungai Lamandau yang lebar di bawah Bukit Bolau itu. Sementara di Lopus, pengunjung disuguhi kesempatan mengikuti bamboo rafting.
Frans Evendi, Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Lamandau, menyatakan pihaknya mengembangkan wisata alam dan budaya sesuai dengan potensi yang dimiliki.
Selain itu, imbuhnya, wisata jenis ini bisa melibatkan masyarakat, melalui kelompok sadar wisata (pokdarwis) yang telah terbentuk di beberapa desa di Lamandau, sebagai pihak yang mengemas paket kunjungan itu.
"Kami sudah punya paket sendiri. Itu meliputi, trekking, rafting, adat budaya, homestay, termasuk penyambutan garung pantan itu," ujar Indra Yudi, Ketua Pokdarwis Tapinbini.
Lokasi ini bisa dijangkau empat jam perjalanan darat dari Pangkalan Bun, yang bandaranya telah terkoneksi ke Jakarta, Surabaya, dan Semarang secara reguler.
Bila selama ini, orang mengenal wisata ke kawasan ini untuk melihat orangutan di Tanjung Puting, desa-desa wisata di Lamandau dengan kekayaan alam dan budayanya, bisa jadi menu tambahan dalam berwisata yang menyenangkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H