Kuliner yang unik
 Tuak bukan satu-satunya kuliner yang identik dengan Suku Dayak yang disuguhkan dalam trip ini. Selain itu, ada nasi yang juga dimasak dan dikemas dalam daun. Masyarakat setempat menyebutnya daun topah.
Daun ini berbentuk oval, namun lebar, dengan terdapat garis-garis arsiran berwarna hijau tua. Sepintas, kemasannya mirip kue lapis daun pisang, namun lebih panjang.
Yang lebih unik adalah sajian beras ketan gurih yang dikemas dan dimasak dalam bungkus kantong semar. Karena kemasannya, masyarakat setempat menyebutnya tabiku untuk makanan ini.
Tabiku tak lain merupakan sebutan untuk kantong semar itu. Rasa makanan ini seperti nasi lemang yang dibuat di dalam bambu.
Memakan tabiku lebih sedap dengan dicocol ke Sambal Lucung. Lucung di Jawa dikenal sebagai combrang. Tanaman ini banyak tumbuh juga di Kalimantan.
Sebagai lauk bersantap nasi, baik di Lopus atau Tapinbini, para tamu disodori sayur asam ikan, dan masakan ayam yang dilumuri tempuyak. Tempuyak? Ya apalagi kalau bukan makanan hasil dari fermentasi buah durian!
Selain berkesempatan menikmati santapan itu di rumah betang, pengunjung pun diajak menyaksikan cara memasak nasi dan aneka sayur dan lauknya dengan media bambu di pondok tempat berladang masyarakat setempat!
Menikmati Tantangan Alam
 Mengikuti proses masak-memasak di ladang, kemudian makan di tempat itu juga menjadi sensasi sendiri. Risikonya, memang pengunjung hanya ditopang dengan fasilitas alami. Air harus mengambil ke sungai. Tidur di tenda. Tapi, konsep kunjungan ke alam ini memang dikemas begitu.
Ini sekaligus sebagai persiapan mengikuti trekking dan mendaki Bukit Bolau, salah satu bukit yang terkenal di Lamandau. Bukit ini masih alami. Di sekelilingnya terdapat ladang dan pepohonan buah-buahan yang menjadi sumber pangan masyarakat setempat. Pada musim buah, banyak orang berburu buah di sana.
Dan yang paling menarik bagi para wisatawan adalah pucuk bukit ini. Dari puncak bukit itu, kita akan seperti berdiri di atas awan. Ya, sebab di sekililing bukit gumpalan-gumpalan awan semata yang sering terlihat, dengan batas di ujung penglihatan jejeran perbukitan lainnya.